Namun, virus ini memiliki riwayat penularan yang lebih rendah.
"Pergerakan masyarakat telah dibatasi di beberapa bagian negara bagian untuk mengatasi krisis medis," sambungnya.
Ia menambahkan bahwa ahli epidemiologi di negara bagian tersebut menggunakan antivirus dan antibodi monoklonal untuk mengobati orang yang terinfeksi.
Aturan isolasi yang ketat telah diterapkan, dengan staf medis dikarantina setelah melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi.
Virus Nipah pertama kali diidentifikasi pada tahun 1999 ketika terjadi wabah penyakit di kalangan peternak babi dan orang lain yang melakukan kontak dekat dengan hewan tersebut di Malaysia dan Singapura.
Wabah ini terjadi secara sporadis dan infeksi sebelumnya terjadi di Asia Selatan terjadi ketika orang meminum getah kurma yang terkontaminasi kotoran kelelawar.
Desa asal korban pertama, Maruthonkara, terletak di dekat hutan seluas 300 hektar yang merupakan rumah bagi beberapa spesies kelelawar.
Selama wabah Nipah tahun 2018, kelelawar buah dari daerah yang sama dinyatakan positif mengidap virus tersebut.
Dalam wabah Nipah pertama di Kerala, 21 dari 23 orang yang terinfeksi meninggal.
Wabah pada tahun 2019 dan 2021 menewaskan dua orang.
(Tribunnews.com/Deni)