News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Armenia vs Azerbaijan

Etnis Armenia dari Nagorno-Karabakh Tuduh Azerbaijan Langgar Gencatan Senjata

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dalam video ini diambil dari cuplikan AFPTV Delegasi Azerbaijan menghadiri pembicaraan dengan delegasi Karabakh di kota Yevlakh, Azerbaijan pada 21 September 2023. Delegasi yang mewakili etnis Armenia dari Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri tiba di kota Yevlakh di Azerbaijan pada 21 September 2023 untuk pembicaraan tentang mengintegrasikan wilayah tersebut sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata.

TRIBUNNEWS.COM - Etnis Armenia dari Nagorno-Karabakh menuduh Azerbaijan melanggar gencatan senjata ketika pembicaraan damai antara kedua pihak baru saja dimulai, Kamis (21/9/2023).

"Suara tembakan terdengar dari kubu separatis Stepanakert," kata kantor berita negara Armenia, Armenpress, mengutip Kementerian Dalam Negeri wilayah tersebut.

Seorang jurnalis Agence France Press mengonfirmasi beberapa ledakan terdengar di kota tersebut.

Pihak berwenang Karabakh menuduh pasukan Azerbaijan melanggar gencatan senjata dan menyarankan warga untuk tetap tinggal di dalam rumah, dikutip dari Al Jazeera.

Namun, Kementerian Pertahanan Azerbaijan membantah laporan tersebut.

Azerbaijan mengatakan laporan tersebut "sepenuhnya salah", dikutip dari Reuters.

Baca juga: Demo di Armenia Tuntut PM Pashinyan Mundur, Kecewa Nagorno-Karabakh Jatuh ke Azerbaijan

Para pengunjuk rasa berkumpul di pusat kota Yerevan pada tanggal 20 September 2023, ketika kelompok separatis di Nagorno-Karabakh dan pihak berwenang Azerbaijan mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan permusuhan, menandakan berakhirnya operasi "anti-teror" yang diluncurkan sehari sebelumnya oleh pasukan Azerbaijan di wilayah yang memisahkan diri tersebut. (KAREN MINASYAN / AFP)

Delegasi dari pihak yang bertikai memulai pembicaraan di kota Yevlakh di Azeri.

Kantor berita negara Rusia RIA Novosti menampilkan gambar para delegasi duduk mengelilingi meja.

Berdasarkan perjanjian gencatan senjata, seperti yang digariskan oleh Azerbaijan, pasukan Armenia harus dibubarkan dan dilucuti senjatanya, dan wilayah berpenduduk 120.000 orang akan diintegrasikan sepenuhnya ke dalam Azerbaijan.

Nagorno-Karabakh diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, namun 120.000 etnis Armenia yang tinggal di sana mendominasi wilayah tersebut.

Baku dan Yerevan telah bersaing untuk menguasai wilayah tersebut selama beberapa dekade dan telah berperang dua kali.

Menurut kantor hak asasi manusia Nagorno-Karabakh, setidaknya 200 warga etnis Armenia tewas, termasuk 10 warga sipil.

Al Jazeera tidak dapat memverifikasi secara independen jumlah korban tewas.

"Karabakh adalah Azerbaijan," kata Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dengan penuh kemenangan dalam pidatonya di televisi pada hari Rabu (20/9/2023).

Baca juga: Azerbaijan Klaim Kemenangan setelah Separatis Armenia yang Kuasai Karabakh Menyerah

Para pengunjuk rasa berkumpul di pusat kota Yerevan pada tanggal 20 September 2023, ketika kelompok separatis di Nagorno-Karabakh dan pihak berwenang Azerbaijan mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan permusuhan, menandakan berakhirnya operasi "anti-teror" yang diluncurkan sehari sebelumnya oleh pasukan Azerbaijan di wilayah yang memisahkan diri tersebut. (KAREN MINASYAN / AFP)

Demo di Armenia Tuntut PM Pashinyan Mundur

Menyusul gencatan senjata yang dicapai antara Etnis Armenia dan Azerbaijan, ribuan pengunjuk rasa berkumpul di ibu kota Armenia pada Rabu (20/9/2023).

Para pengunjuk rasa berkumpul di Republic Square di pusat Kota Yerevan, Armenia.

Demonstran mengecam kegagalan pemerintah Armenia dalam mendukung separatis Armenia di Nagorno-Karabkh.

Mereka menilai pemerintah Nagorno-Karabakh dipaksa menyerah secara memalukan oleh Azerbaijan.

Banyak yang menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, yang memimpin kekalahan dari Azerbaijan dalam perang tahun 2020.

"Kami berharap dia pergi. Lebih baik bagi seorang pemimpin yang kalah perang untuk pergi daripada tetap tinggal dan melanjutkan," kata Harut (32), pengunjuk rasa di Yerevan.

Dia mengatakan kekalahan itu semakin menyakitkan mengingat sudah lamanya orang-orang Armenia berjuang untuk Nagorno-Karabakh.

"Ini adalah sesuatu yang telah kami perjuangkan selama 30 tahun, lebih dari 30 tahun dan sekarang semuanya sia-sia," lanjutnya, seperti dikutip dari Al Jazeera.

Baca juga: Nagorno-Karabakh: Azerbaijan klaim kedaulatan setelah 24 jam operasi militer

Kapan perang Armenia-Azerbaijan dimulai?

Azerbaijan dan Armenia terlibat perang berdarah terkait Nagorno-Karabakh pada akhir tahun 1980an dan awal tahun 1990an,

Konflik telah menjadi pemicu kekerasan lebih lanjut pada tahun-tahun berikutnya.

Eskalasi besar konflik terakhir terjadi pada 2020 ketika ribuan orang dilaporkan tewas dalam pertempuran sengit selama enam minggu.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini