TRIBUNNEWS.COM - Ukraina telah mengklaim telah membunuh komandan Armada Laut Hitam Rusia saat melakukan serangan di Sevastopol pada Jumat (22/9/2023).
Laksamana Viktor Sokolov, komandan Armada Laut Hitam Rusia, merupakan salah satu dari 34 perwira yang tewas dalam serangan Ukraina di Sevastopol.
Pasukan Operasi Khusus Ukraina melalui postingan Telegram, Senin (25/9/2023), mengatakan, komandan dan para perwira ini tewas setelah markas armada tersebut dihancurkan.
"Setelah markas besar Armada Laut Hitam Rusia diserang, 34 perwira tewas, termasuk komandan Armada Laut Hitam Rusia," tulis mereka, dikutip dari CNN.
Dikutip dari The Hill, para pejabat Ukraina juga mengklaim bahwa markas besar armada tersebut telah hancur parah hingga tidak dapat dipulihkan.
Serangan di markas besar tersebut melukai 105 tentara Rusia lainnya, klaim pejabat Ukraina.
Baca juga: Respons Ibu Negara Ukraina soal Kemungkinan Zelensky Calonkan Diri Lagi di Pilpres 2024 Mendatang
Ukraina semakin menargetkan operasi angkatan laut Rusia di Laut Hitam dan sekitar kota pelabuhan Sevastopol di Krimea.
Namun, menurut Ukraina, serangan hari Jumat di markas besar Laut Hitam merupakan salah satu pukulan paling signifikan terhadap angkatan laut Rusia.
Kepala intelijen Ukraina, Kyrylo Budanov, juga mengatakan kepada Voice of America bahwa seorang perwira Rusia, Alexander Romanchuk, yang memimpin sekelompok tentara Rusia di wilayah Zaporizhzhia, terluka parah dalam serangan hari Jumat tersebut.
Kementerian Pertahanan Rusia belum melaporkan jumlah korban jiwa.
Pejabat pertahanan Rusia mengatakan pekan lalu bahwa lima rudal ditembak jatuh di dekat Sevastopol dan satu anggota militer hilang.
Ukraina mengaku bertanggung jawab atas serangan itu tak lama setelah markas besarnya dihancurkan.
Baca juga: Kanada Puji Veteran Nazi Ukraina, Ketua DPR Minta Maaf setelah Dikritik Kaum Yahudi
Perwira Tinggi yang Tewas dalam Pertempuran Sejak PD II
Desas-desus beredar di kalangan pengamat Ukraina sepanjang akhir pekan bahwa Sokolov telah terbunuh.
Kementerian Pertahanan Rusia tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Laksamana James Stavridis, mantan komandan tertinggi sekutu NATO mengatakan, jika benar Sokolov terbunuh, maka kemungkinan besar ia merupakan perwira tinggi yang tewas dalam pertempuran sejak Perang Dunia II.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Diramal Berakhir 12 Tahun Lagi
"Jika benar, kemungkinan besar itu adalah perwira angkatan laut berpangkat tertinggi yang tewas dalam pertempuran sejak Perang Dunia II," kata Stavridis, dikutip dari NBC News.
Upaya Ukraina untuk menyerang di belakang garis Rusia mendapat dorongan pekan lalu.
Presiden AS, Joe Biden mengatakan kepada Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky bahwa pihaknya akan menyediakan sejumlah kecil Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat jarak jauh, yang dikenal sebagai ATACMS.
Ukraina telah berjanji akan merebut kembali Krimea sebagai bagian dari kampanyenya dan telah meningkatkan serangannya terhadap angkatan laut Rusia dalam beberapa bulan terakhir, merusak kapal dan bangunan yang ditempatkan di semenanjung tersebut.
Sevastopol, kota yang terkena serangan pada hari Jumat, adalah pusat populasi terbesar di Krimea.
Baca juga: AS Mulai Desak Pemilu di Ukraina, Sekutu Putin Sebut Zelensky Sebagai Penganggu Barat
Pelabuhannya adalah pangkalan utama Armada Laut Hitam, yang telah digunakan untuk melancarkan serangan jauh ke wilayah Ukraina.
Pada bulan April tahun lalu, rudal Ukraina yang diluncurkan dengan bantuan intelijen AS menenggelamkan kapal penjelajah berpeluru kendali Rusia, Moskva.
Kapal ini merupakan andalan armada tersebut dan kapal perang Rusia terbesar yang tenggelam dalam pertempuran sejak Perang Dunia II.
Sokolov telah memimpin armada tersebut sejak Agustus tahun lalu, hasil dari perombakan besar-besaran yang terjadi setelah tenggelamnya Moskva dan serangan terhadap armada tersebut di Krimea.
Menurut media pemerintah Rusia, Sokolov menduduki serangkaian jabatan di Armada Pasifik dan Armada Utara, dan menjabat sebagai wakil komandan di Armada Utara.
Sejak tahun 2020 ia mengepalai akademi militer bergengsi, sebelum mengambil alih komando Armada Laut Hitam pada tahun lalu.
(Tribunnews.com/Whiesa)