Dua tahun berselang, Presiden Rusia saat itu, Boris Yeltsin menunjuk Putin menjadi Direktur Federal Security Service (FSB).
Karir Putin semakin melejit ketika tahun 1999, dirinya ditunjuk Yeltsin menjadi perdana menteri.
Tak disangka, di akhir tahun 1999, Yeltsin memutuskan mundur sebagai Presiden Rusia dan menujuk Putin untuk menggantikannya untuk sementara.
Pada Maret 2000, Putin pun mencalonkan diri menjadi presiden dan memenangkan pemilihan umum Rusia dengan raihan suara mencapai 53 persen.
Baca juga: Vladimir Putin Bantah Tuduhan Barat, Rusia Tak Butuh Tentara dari Korea Utara
Empat tahun memimpin Rusia, Putin pun kembali terpilih pada pemilu tahun 2004.
Ia pun masih memegang tampuk kekuasaan di Rusia ketika dirinya ditunjuk oleh suksesornya, Dmitry Medvedev sebagai Perdana Menteri Rusia.
Seakan kekuasaannya tidak pernah runtuh, Putin pun dapat kembali menjadi Presiden Rusia pada tahun 2012 melalui proses pemilu.
Putin juga mengajak suksesor sebelumnya, Dmitry Medvedev sebagai perdana menteri.
Pada saat yang bersamaan, ia pun mundur menjadi Ketua Partai United Russia.
Dalam periode ketiganya, Putin pun mengeluarkan beberapa kebijakan internasional yang menuai kecaman seperti aneksasi Pulau Crimea di Ukraina dan penembakan pesawat maskapai penerbangan Malaysia Airlines pada tahun 2014.
Meski menuai kecaman dalam memimpin, Putin pun kembali terpilih untuk keempat kalinya menjadi Presiden Rusia.
Pada periode keempat, kepemimpinan Putin pernah diterpa isu bahwa negaranya ikut andil dalam Pemilu AS yang digelar pada tahun 2016 yang dimenangkan oleh Donald Trump.
Namun, Putin menepis segala isu terkait hal itu.
Dirinya kembali menuai kecaman setelah mendeklarasikan perang dengan Ukraina pada Februari 2022.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani/Yohan)