TRIBUNNEWS.COM - Penulis drama dan prosa Inovatif asal Norwegia, Jon Fosse dinobatkan sebagai pemenang hadiah Nobel Sastra Tahun 2023.
Akademi Swedia mengatakan kemenangan Jon Fossse adalah hasil dari drama dan prosa inovatifnya yang menyuarakan hal-hal yang tidak dapat diungkapkan.
Selain hadiahnya, Fosse menerima 11 juta kronor Swedia atau sekitar Rp 15 M, dikutip dari BBC.
Fosse memiliki karya yang terdiri dari sekitar 40 drama, serta sejumlah novel, puisi, esai, buku anak-anak, dan terjemahan.
Panitia memuji gaya menulis Jon Fosse, yang kemudian dikenal sebagai 'Fosse minimalisme'.
Menurut panitia, karya Fosse sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Ilmuwan Rusia Sabet Hadiah Nobel Kimia Atas Penemuan Titik Kuantum
“Fosse menghadirkan situasi sehari-hari yang langsung dapat dikenali dalam kehidupan kita," kata panitia, dikutip dari CNN.
Hal tersebut lantaran bahasa yang digunakan tidak terlalu dramatis.
"Pengurangan radikal dalam bahasa dan tindakan dramatisnya mengungkapkan emosi manusia yang paling kuat yaitu kecemasan dan ketidakberdayaan dalam istilah yang paling sederhana,” jelasnya.
Ketua Komite Nobel Anders Olsson mengatakan Fosse merupakan penulis yang hebat.
"Fosse adalah seorang penulis yang luar biasa dalam banyak hal",
"Dia menyentuhmu begitu dalam ketika kamu membacanya, dan ketika kamu sudah membaca satu karya, kamu harus melanjutkannya,” ujarnya.
Menurutnya, karya Fosse memiliki makna yang mendalam.
“Dalam hal ini, menurut saya, ia mempunyai jangkauan yang sangat jauh dan ada semacam dampak universal dari semua yang ia tulis. Dan tidak peduli apakah itu drama, puisi, atau prosa. Semuanya memiliki daya tarik yang sama terhadap hal-hal mendasar ini. kemanusiaan," terangnya.
Karya-karya besar pria berusia 64 tahun yang ditulis dalam bahasa Norwegia variasi Nynorsk, termasuk seri novel Septology, Aliss at the Fire, Melancholy, dan A Shining.
Salah satu karyanya yang berjudul 'Septology' dipuji karena eksperimen formalnya.
"Magnum opus dalam prosa Fosse adalah Septologi terbarunya," kata Olsson.
Monolog tersebut, yang berlangsung tanpa henti dan tanpa henti selama tujuh hari, menggambarkan seorang seniman tua yang berbicara kepada dirinya sendiri sebagai orang lain.
“Septology adalah sebuah karya besar, yang sekaligus merupakan upayanya untuk berdamai dengan nasibnya sendiri, sebuah elegi bagi istrinya yang telah meninggal dan menghadapi kariernya sendiri sebagai pelukis,” kata Olsson.
“Meskipun Fosse memiliki pandangan negatif yang sama dengan para pendahulunya, visi gnostik khususnya tidak dapat dikatakan menghasilkan penghinaan nihilistik terhadap dunia. Memang benar, ada kehangatan dan humor dalam karyanya, dan kerentanan naif terhadap gambaran nyata pengalaman manusia,” tambah Olsson.
Penghargaan Fosse menandai kudeta terbaru bagi Fitzcarraldo Editions, penerbit independen berbasis di London yang didirikan pada tahun 2014, yang kini telah menambahkan penulis pemenang Hadiah Nobel kelima ke dalam jajarannya.
Dalam sembilan tahun terakhir, empat penulis terbitan Fitzcarraldo telah memenangkan Hadiah Nobel.
Di antaranya, Fosse, Svetlana Alexievich pada tahun 2015, Olga Tokarczuk pada tahun 2018, dan Annie Ernaux pada tahun 2022.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)