Mantan Pejabat Pentagon: Tujuan Utama Netanyahu adalah Perang terhadap Iran
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu ingin Amerika Serikat (AS) terlibat langsung dalam konflik dengan Hamas.
Hal itu lantaran tujuan utama Netanyahu dari konflik Israel dan Hamas adalah memperluas perang ke Lebanon dan Iran.
Analisis itu dilontarkan mantan analis kebijakan keamanan senior di Departemen Pertahanan AS, Michael Maloof, kepada RT pada Rabu (12/10/2023).
Pada Senin, AS telah mengerahkan kapal induk USS Gerald R. Ford dan lima kapal perusak berpeluru kendali ke Mediterania Timur.
Baca juga: Mau Apa Kapal Induk Super Terbaru AS di Israel? Cuma Pamer atau Ikut Bantai Gaza?
Menurut Maloof, hal ini “memenuhi impian terliar Netanyahu.”
“Dia ingin AS terlibat dalam konflik ini,” kata mantan pejabat Pentagon itu kepada RT.
Menurut Maloof, Netanyahu ingin membuka perang dengan Lebanon, dengan menyerang Hizbullah untuk mencapai tujuan utamanya yaitu mengebom fasilitas nuklir Iran.
"Agar hal itu terjadi, dia harus mendapatkan momen Teluk Tonkin, jika Anda mau,” kata dia.
Hal yang dimaksud momen Teluk Tonkin oleh Maloof merujuk pada Perang Vietnam pada tahun 1960-an di mana pasukan AS terjun langsung ke hutan-hutan Vietnam -yang secara de facto- berakhir dengan kekalahan besar.
Maloof mengenang bagaimana Presiden AS saat itu, Lyndon Johnson pada dasarnya memulai Perang Vietnam dengan mengirimkan kapal ke Teluk Tonkin pada tahun 1964.
Dugaan serangan Vietnam Utara terhadap dua kapal perusak AS kemudian digunakan sebagai dalih untuk terlibat langsung.
AS juga berjanji membantu Israel dengan pengiriman senjata dan amunisi.
Pentagon bersikeras pihaknya memiliki cukup senjata dan terus memasok ke Ukraina.
Baca juga: Perang Ukraina Lawan Rusia Belum Kelar, AS Siap Boncos Bantu Israel, Pentagon: Senjata Kami Cukup
Baca juga: Eks-Analis CIA: 100 Persen Yakin Pejuang Hamas Pakai Senjata yang Dipasok AS dan Israel Sendiri
Namun Maloof skeptis terhadap pernyataan itu.
Dia juga mengatakan, “tidak mengherankan” bahwa beberapa senjata yang dikirim Washington ke Kiev berakhir di tangan Hamas.
Tuduhan itu pertama kali dilontarkan mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev.
Baca juga: Ukraina: Rusia Pakai Taktik False Flag, Senjata Rebutan Bantuan Barat ke Kiev Diberi ke Hamas
Intelijen militer Ukraina, GUR, menanggapinya pada Senin dengan menuduh Rusia mengirimkan senjata-senjata hasil rampasan Barat kepada militan Hamas dalam operasi “fakse flag” yang dirancang untuk membuat Kiev terlihat buruk di mata para pendukungnya.
Israel tidak mengkonfirmasi atau menyangkal klaim senjata tersebut, namun menolak sindiran Ukraina mengenai keterlibatan Rusia dalam serangan Hamas dan menyebutnya sebagai “omong kosong belaka.”
Baca juga: Pejabat Israel Sebut Dugaan Rusia Bekingi Hamas Adalah Murni Konspirasi Tak Masuk Akal
(oln/RT/*)