Anak-anak yang telah kehilangan rasa aman, terpaksa harus mengungsi dan meninggalkan rumah mereka di tengah malam.
Samah Jabr, seorang ibu dari empat anak di Kota Gaza mengaku sangat khawatir dengan putra sulungnya yang masih berusia 13 tahun.
"Dia tidak tahan jika ada orang berbicara dengan suara keras, meskipun mereka sedang bercanda. Saya mencoba memberitahunya bahwa perang ini akan berakhir," kata Jabr.
Jabr memeluk anaknya, Qusay dengan sangat erat dan merencanakan hal-hal yang ingin dilakukan setelah perang berakhir.
"Suara misil sangat menakutkan, dan rumah kami berguncang sangat keras," kata Jabr.
Dia mengajari anak-anaknya sejak dini untuk mengenali cahaya yang menyertai ketika sebuah rudal ditembakkan, sehingga mereka siap menghadapi suara memekakkan telinga.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)