AS Kirim Dua Ribu Marinir ke Pantai Israel, Unit Pasukan Elite Kirim Pesan ke Hizbullah
TRIBUNNEWS.COM - Kementarian Keamanan Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah mengirim 2.000 marinir dan pelaut ke perairan lepas pantai Israel, Selasa (17/10/2023).
CNN melaporkan, pengiriman pasukan angkatan laut itu dimaksudkan Pentagon sebagai bagian dari “unjuk kekuatan” di wilayah tersebut.
Mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, laporan CNN menyebut, langkah ini dilakukan di tengah pertempuran antara Israel dan pejuang pembebasan Palestina.
Perang dalam sepekan ini telah merenggut ribuan nyawa.
Baca juga: Bak Kesetanan Gempur Gaza, Israel Kembali Kecolongan: Pesan Hamas Menggema di Billboards Tel Aviv
"Dipimpin oleh Unit Elite Ekspedisi Marinir ke-26, “pasukan respons cepat” itu menuju Israel dengan menaiki USS Bataan, sebuah kapal serbu amfibi yang sebelumnya ditempatkan di Teluk Oman," kata para pejabat kepada outlet tersebut.
Mereka tidak merinci tujuan pasti unit tersebut, atau mengatakan apakah unit tersebut akan bergabung dengan dua kelompok kapal induk AS yang saat ini berada di Mediterania Timur.
Pengerahan angkatan laut tersebut dilaporkan dimaksudkan untuk mengirimkan pesan 'pencegahan campur tangan' kepada Iran dan kelompok militan Hizbullah di Lebanon.
Untuk mempertegas pesan itu, beberapa kapal perang AS baru-baru ini berpatroli di perairan dekat Republik Islam tersebut.
Baca juga: Israel Lancarkan Serangan Darat Pertama ke Gaza, Unit Depan Temukan Hal Ini
Siapkan Dua Ribu Pasukan Lainnya
Secara terpisah, pada Minggu (15/10/2023), Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin memerintahkan 2.000 tentara lainnya untuk bersiap menghadapi potensi misi dukungan medis dan logistik di Israel.
Menurut laporan beberapa kantor berita, staf Pentagon menekankan kalau perintah tersebut tidak berarti keterlibatan langsung AS dalam konflik dengan kelompok pejuang Hamas yang berbasis di Gaza.
"Gedung Putih “tidak ingin memberikan kesan bahwa pasukan Amerika dapat terlibat dalam perang panas,” katanya.
The Wall Street Journal, yang pertama kali melaporkan persiapan tersebut, juga menyatakan bahwa pasukan tersebut akan ditugaskan untuk memberi saran (taktik) dan dukungan medis dan tidak dimaksudkan untuk bertugas dalam peran tempur.
Sebanyak 2.000 tentara tersebut kini ditempatkan di wilayah yang luas, termasuk di Timur Tengah dan Eropa, namun telah diberitahukan untuk dikerahkan dalam waktu 24 jam jika diperlukan.