Gazprom: Ekspor Gas Rusia ke China Segera Setara dengan Pasokan ke Uni Eropa Sebelum Sanksi
TRIBUNNEWS.COM - Pasokan gas pipa Rusia ke Tiongkok segera mencapai volume yang dijual ke Uni Eropa sebelum blok tersebut menjatuhkan sanksi terhadap impor energi dari Moskow.
Hal itu diungkapkan CEO Gazprom, Aleksey Miller pada Rabu (18/10/2023).
Pimpinan perusahaan energi multinasional milik Rusia itu menekankan, hanya ekspor ke Tiongkok yang mampu menggantikan volume yang ditolak oleh pembeli UE akibat sanksi terkait invasi Moskow ke Ukraina.
Pada bulan Januari 2023, Rusia menjadi pemasok gas alam nomor satu bagi Tiongkok, menurut data bea cukai Tiongkok.
Baca juga: Cadangan Gas Alam Uni Eropa Capai Titik Tertinggi dalam Sejarah
Artinya, potensi kerugian Rusia yang diterima karena sanksi Uni Eropa, akan tertutupi oleh penjualan gas ke wilayah Asia, khususnya China.
Pasokan gas melalui pipa Power of Siberia saja meningkat sebesar 50 persen tahun ini menjadi 15,5 miliar meter kubik, menurut Wakil Perdana Menteri Rusia Aleksandr Novak.
Ia menambahkan, pada tahun 2023, penjualan gas pipa ke Tiongkok diperkirakan meningkat 43 persen menjadi 22 miliar meter kubik.
Pada Juni, Novak mengumumkan rencana untuk meningkatkan ekspor gas Rusia ke pasar Asia menjadi 170 miliar meter kubik selama periode tujuh tahun, setelah proyek infrastruktur besar dilaksanakan.
Baca juga: Israel Minta Bantuan AS Dana Darurat 10 Miliar Dolar, Washington Kirim Joint Direct Attack Munition
Rusia berencana membangun pipa Power of Siberia 2 ke Tiongkok melalui wilayah Mongolia, dan meningkatkan pasokan melalui pipa Power of Siberia yang sudah ada.
Menurut Badan Energi Internasional (IEA), UE membeli 155 miliar meter kubik gas Rusia pada tahun 2021, yang mencakup 45 persen dari seluruh impor gas Uni Eropa dan sekitar 40 persen konsumsi gas.
Pada tahun 2022, pasokan gas pipa Rusia ke UE hampir berkurang setengahnya menjadi sekitar 80 miliar meter kubik, menurut data dari Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa (ECFR).
(oln/RT/*)