TRIBUNNEWS.COM - Israel telah memerintahkan semua orang yang berada di Gaza utara untuk mengungsi dari wilayah tersebut.
Termasuk orang-orang yang berada di rumah sakit.
Dikutip dari BBC, Juru Bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tarik Jašarević mengatakan, evakuasi tersebut tidak mudah dilakukan.
Pasalnya, ada sejumlah pasien dengan kondisi yang tidak memungkinkan untuk dipindahkan, seperti bayi dalam inkubator hingga pasien yang memakai ventilator mekanis.
Untuk itu, Tarik menyerukan Israel untuk mempertimbangkan kembali perintah tersebut.
"Ada pasien di sana yang tidak bisa dipindahkan begitu saja, banyak yang memakai ventilator mekanis, ada bayi baru lahir di inkubator, ada yang kondisinya tidak stabil, dan sangat sulit untuk dipindahkan," ujarnya, (23/10/2023) kepada BBC.
Baca juga: PM Belanda Rutte dan Presiden Prancis Macron akan Kunjungi Israel Pekan Ini
"Kami menyerukan Israel untuk mempertimbangkan kembali perintah ini," katanya.
Ia mengatakan empat truk berisi bahan bedah serta obat-obatan untuk penyakit kronis dibawa ke Gaza melalui perbatasan Rafah baru-baru ini, tetapi bantuan ini tidak cukup.
Dia mengatakan ada lebih banyak truk dengan perbekalan yang siap dikirim ke sisi perbatasan Mesir.
Namun tidak ada jaminan keamanan bahwa perbekalan dapat dibawa dengan aman.
Rumah Sakit Gaza Kekurangan Pasokan Medis
Seorang dokter di rumah sakit Al-Shifa, Dr Ghassan Abu Sittah mengatakan, rumah sakit telah kehabisan pembalut luka dan pen untuk memperbaiki patah tulang.
"Disintegrasi sistem terus berlanjut. Semakin banyak korban luka yang datang," katanya.
Pasokan listrik juga menjadi perhatian, terutama bagi pasien yang menjalani perawatan intensif.
"Tanpa listrik, rumah sakit ini hanyalah kuburan massal," katanya.