Staf rumah sakit bekerja 16 hingga 18 jam sambil mengkhawatirkan keselamatan keluarga mereka, tambahnya.
Selain itu, rumah sakit tersebut juga mengalami penuruan pasokan bahan bakar.
Pasokan bahan bakar yang ada diperkirakan habis dalam 48 jam ke depan, dikutip dari Al Jazeera.
Karena aliran listriknya diputus oleh Israel, rumah sakit tersebut beroperasi dengan mengandalkan generator yang menggunakan bahan bakar.
Direktur RS Al-Shifa, Dr Mohammad Abu Salmiya mengatakan, rumah sakit tersebut belum menerima bantuan PBB, di tengah blokade total Israel terhadap Gaza.
Tercatat, RS Al-Shifa memiliki jumlah pasien luka dan staf medis terbanyak di seluruh Jalur Gaza.
(Tribunnews.com, Widya)