News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

VIDEO Dokter Rumah Sakit Indonesia di Gaza Histeris Lihat Putrinya Digotong ke UGD Seusai Kena Bom 

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Palestina mencari perlindungan setelah serangan di dekat rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada 1 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas.

VIDEO Dokter Rumah Sakit Indonesia di Gaza Histeris Lihat Putrinya Digotong ke UGD Seusai Kena Bom 

TRIBUNNEWS.COM - Di Gaza, Palestina, kabar kematian adalah hal lazim pada hari-hari belakangan ini.

Bombardemen Israel tanpa pandang bulu dengan dalih memberangus Hamas dan jaringannya, menghasilkan banyaknya korban jiwa, termasuk anak-anak, orang tua, dan wanita.

Saking lazimnya, tangis histeris kehilangan seseorang yang sangat dicintai dilaporkan menjadi hal yang mulai jarang ditemui di Gaza, berganti dengan hanya isakan dan pejaman mata penyesalan.

Laporan TC, menyebut, setiap orang, tanpa terkecuali di Gaza, harus bersiap sewaktu-waktu bertemu ajal ketika bom bisa mendarat di mana pun tanpa peringatan.

Baca juga: Para Orangtua di Gaza Tulis Nama Anak Mereka di Badan Agar Bisa Dikenali Jika Terbunuh Bom Israel

Saking parahnya pengeboman, plus blokade total, rumah-rumah sakit di Gaza sebagian besar tidak lagi berfungsi sebagai tempat perawatan medis, melainkan hanya sebagai 'kamar jenazah nan luas'.

Bagi dokter dan paramedis di Gaza, korban dengan beragam tingkatan luka yang datang silih berganti adalah pemandangan yang sudah sangat biasa.

Keterbiasaan itu yang membuat banyak dokter dan paramedis terlihat tanpa ekspresi dalam menangani korban.

Namun, sebuah pemandangan mengharukan yang diunggah dalam sebuah video menunjukkan betapa seorang dokter sekali pun tak kuasa menahan jeritnya saat menyaksikan putrinya sendiri yang dibawa ke tempatnya bertugas karena menjadi korban pengeboman.

Sebuah video yang diunggah Memo, Kamis (2/11/2023) menangkap momen seorang dokter di Gaza terkejut melihat putrinya yang terluka dilarikan ke rumah sakit dengan tandu.

Dokter tersebut adalah dr Ghada Abu Eida.

Dia sedang bertugas di unit gawat darurat Rumah Sakit Indonesia di Gaza ketika paramedis bergegas masuk.

dr Ghada Abu Eida saat itu tampak sedang melintas di sebuah aula RS itu saat kemudian dia melihat paramedis berlari menggotong seorang korban menggunakan tenda.

Sang dokter yang tadinya tampak tenang, menjadi panik saat sekelebat mengetahui siapa yang berada di tandu tersebut.

Naluri keibuan dr Ghada Abu Eida kemudian mendorongnya untuk ikut berlari menyusul ke lokasi untuk menemukan kenyataan kalau benar sosok yang ditandu itu adalah putrinya sendiri.

dr Ghada Abu Eida seketika menangis sebelum ditenangkan para rekannya dan dibawa ke ruangan lain. Dia akhirnya pingsan.

Berikut video tersebut:

"Insiden ini bukan pertama kalinya petugas medis Gaza terkejut menemukan kerabat mereka di antara korban tewas atau terluka bergegas ke tempat kerja mereka. Dan insiden ini menyoroti (begitu banyaknya) jumlah korban jiwa atas pemboman Israel yang sedang berlangsung di Gaza," tulis Memo dalam unggahannya.

Baca juga: Israel Ngamuk Tak Terkendali Sampai AS Pun Ngeri Sendiri: Mau Pakai Nuklir, Memang Incar Genosida

Satu-satunya RS yang Masih Beroperasi di Gaza

Setelah dua serangan besar-besaran Israel ke kamp pengungsian Jabalia di utara Gaza, Rumah Sakit Indonesia menjadi satu-satunya rumah sakit yang masih beroperasi saat ini.

Banyaknya jumlah korban luka memaksa rumah sakit untuk bekerja 50 kali lipat melebihi kapasitasnya.

Kurangnya pasokan medis dan bahan bakar menjadi permasalahan yang serius di Rumah Sakit Indonesia.

Dikutip dari Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan Rumah Sakit Indonesia terpaksa mengambil keputusan serius dengan mematikan generator utama mereka.

Hal tersebut diambil setelah mereka kekurangan bahan bakar yang ekstrem dan hanya mengandalkan generator kecil di bawahnya.

Generator ini pun hanya digunakan untuk menjaga ICU tetap berjalan.

Hingga saat ini, belum diketahui sampai kapan Rumah Sakit Indonesia bisa bertahan.

Kejadian itu pun juga membuat Rumah Sakit Indonesia berubah menjadi kamar mayat yang besar.

"Jika kita tidak mendapatkan bahan bakar dalam beberapa hari ke depan, kita pasti akan mengalami bencana," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf Al-Qudra.

Sejak konflik dimulai, Israel menolak mengizinkan konvoi kemanusiaan membawa bahan bakar, dengan alasan kekhawatiran bahwa pejuang Hamas akan mengalihkannya untuk keperluan militer.

Hamas Sebut 195 Warga Palestina Tewas di Jabalia

Warga Palestina memeriksa kehancuran pasca serangan Israel malam sebelumnya di kamp Jabalia untuk pengungsi Palestina di Jalur Gaza, pada 1 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan gerakan Hamas Palestina. (BASHAR TALEB / AFP)

Setidaknya 195 warga Palestina tewas dalam dua serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabalia di Gaza pada Selasa dan Rabu.

Sekitar 120 orang masih hilang di bawah reruntuhan, dan sedikitnya 777 lainnya terluka, kata kantor tersebut dalam sebuah pernyataan.

Dikutip dari The Guardian, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pihaknya menargetkan dan membunuh Muhammad A'sar, komandan susunan rudal anti-tank Hamas, dalam serangan pada hari Rabu.

IDF mengatakan pihaknya menargetkan kamp tersebut pada hari Selasa untuk membunuh Ibrahim Biari – seorang komandan penting Hamas yang terkait dengan serangan pada 7 Oktober terhadap Israel yang, katanya, telah mengambil alih bangunan sipil di Kota Gaza bersama para pejuangnya.

Pada Rabu, kantor hak asasi manusia PBB mengatakan serangan udara Israel terhadap kamp Jabalia pada Selasa, dapat dianggap sebagai kejahatan perang.

Kepala Kemanusiaan PBB, Martin Griffiths, mengecam serangan Jabalia setelah kunjungan dua hari ke Israel dan wilayah pendudukan Palestina.

"Ini hanyalah kekejaman terbaru yang menimpa masyarakat Gaza di mana pertempuran telah memasuki fase yang lebih mengerikan, dengan konsekuensi kemanusiaan yang semakin mengerikan," kata Griffiths dalam sebuah pernyataan.

Dunia, lanjut Griffiths, terlihat tidak mampu atau tidak mau untuk bertindak atas serangan Israel ke Kamp Jabalia.

"Hal ini tidak dapat dibiarkan terus-menerus. Kami membutuhkan perubahan langkah," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini