"Uni Eropa memandang Hamas sama seperti Israel. Namun kita tidak berpikir, belum berpikir, dan tidak bisa berpikir seperti mereka. Karena saya melihat Hamas sebagai pemenang pemilu di Palestina, sebuah partai politik," tambahnya.
Presiden Turki itu juga membandingkan sikap AS dan negara-negara Barat dengan cepat bereaksi dan menentang invasi Rusia ke Ukraina, namun diam ketika lebih dari 11.100 warga Palestina dibom oleh Israel di Gaza.
"Apakah para pemimpin dunia secara khusus menentang Israel dalam peristiwa di Palestina ini? Apakah mereka mengkritik Israel? Tidak," kata Erdogan.
Deklarasi Bersama KTT OKI-Liga Arab
Dalam konferensi pers itu, Erdogan mengatakan mereka telah membuat Deklarasi Bersama terkait kekerasan yang terjadi di Gaza saat ini.
"Ada teks yang berisi banyak poin tindakan dan belum pernah dikatakan sebelumnya," katanya.
“Saya ingin kita memulai diplomasi telepon (Israel-Palestina) setelah KTT Riyadh. Saya harap kita juga akan memulainya secara intensif,” lanjutnya.
Dalam konferensi pers itu, Erdogan mengatakan tradisi OKI pada umumnya adalah memberikan kecaman dan membuat acuan tindakan bersama.
Di antaranya, mereka sepakat mendefinisikan pemukim Israel di wilayah pendudukan sebagai militan, mengusulkan "Konferensi Perlucutan Senjata Nuklir", penyaluran bantuan, dll.
Pernyataan Presiden Turki Erdogan ini menyusul serangan Israel di Jalur Gaza ini, yang menanggapi serangan terbaru Hamas di Israel dengan menerobos perbatasan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Hamas menculik kurang lebih 240 orang di Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang di wilayah Israel.
Sementara itu, serangan balasan Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 11.100 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Senin (13/11/2023), dikutip dari Al Jazeera.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel