Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, WELLINGTON – Selandia Baru kembali berhasil mengevakuasi 11 warganya untuk keluar dari Gaza pada Minggu (12/11/2023) malam, saat konflik antara Israel-Hamas terus meningkat.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru (MFAT) mengatakan pihaknya telah menemui warganya tersebut dan memberikan dukungan.
“Kami telah bekerja sepanjang waktu untuk mengevakuasi warga negara Selandia Baru yang tersisa dan penduduk tetap dari Gaza,” kata juru bicara itu.
Baca juga: Zionis Klaim Tewaskan 150 Militan Hamas di Gaza pada Akhir Pekan, Tak Ada Jeda Perang
Pekan lalu, Selandia Baru juga telah mengevakuasi sebanyak 21 warganya untuk meninggalkan Gaza.
AS Evakuasi Warganya dari Gaza
Tak hanya Selandia Baru, sebelumnya Amerika Serikat (AS) juga telah berhasil mengevakuasi lebih dari 400 warganya untuk meninggalkan Gaza.
“Kami terus bekerja sama dengan Mesir dan Israel untuk mewujudkan perjalanan yang aman bagi lebih banyak warga AS, anggota keluarga dekat mereka, dan penduduk tetap sah AS,” kata Vedant Patel, wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
“Namun masih ada beberapa warga AS yang berada di wilayah kantong yang terkepung,” sambungnya.
Selain itu, Patel juga mengatakan sekitar 526 truk yang membawa bantuan kemanusiaan telah memasuki Gaza melalui penyeberangan Rafah.
“Kami telah bekerja sama dengan Israel untuk mengembangkan mekanisme inspeksi yang memungkinkan truk masuk ke Gaza dengan cepat,” ujar Patel.
Sebagaimana diketahui, Gaza telah dibombardir oleh militer Israel sejak militan Hamas membunuh 1.400 orang dan menawan lebih dari 240 orang di Gaza.
Baca juga: Emir Qatar Gelar Pembicaraan di Mesir, Bahas Upaya Hentikan Perang Israel-Hamas di Gaza
Baik Israel maupun Hamas menolak seruan untuk menghentikan pertempuran. Israel mengatakan para sandera harus dibebaskan terlebih dahulu, sedangkan Hamas mengatakan pihaknya tidak akan membebaskan mereka atau menghentikan pertempuran saat Gaza diserang.
Adapun Washington lebih memilih untuk mendukung posisi Israel, di mana gencatan senjata akan membantu Hamas secara militer, namun menyerukan penghentian pertempuran karena alasan kemanusiaan dan kemungkinan perundingan pembebasan sandera.