Dirinya mengaku sudah tidak melihat kedua bayi kembarnya itu selama 39 hari.
Setelah dipulangkan, Al Daour berkata, dia meninggalkan rumahnya menuju kamp pengungsi di Kota Gaza.
Baca juga: RS Indonesia di Gaza Diserang Israel: 12 Orang Tewas, Siapa yang Keluar RS Disebut Akan Ditembak
Kemudian ia mengungsi ke Gaza selatan tanpa bisa berkomunikasi dengan pekerja medis di RS Al-Shifa.
Mendengar laporan berita bahwa bayi-bayi tersebut telah dipindahkan ke Rumah Sakit Emirat, dia berjalan berjam-jam ke rumah sakit dan akhirnya melihat putrinya hidup dan sehat.
"Ketika mereka mengatakan bayi prematur meninggal dalam berita, saya tidak tahu apakah itu bayi saya atau bukan," ucap Al Daour.
Sementara itu, seorang ibu yang ikut dievakuasi ke Mesir bernama Lobna al-Saik mengatakan, sebelum perang dimulai, bayinya telah menerima oksigen di Al-Shifa karena kesulitan bernapas.
Keluarga tersebut meninggalkan rumah mereka pada hari ketiga perang untuk menghindari pemboman Israel.
Baca juga: Tank Israel Kepung RS Indonesia di Gaza, Menteri Retno Marsudi: 3 WNI Masih Hilang Kontak
Seperti ratusan ribu orang lainnya, al-Saik pindah ke selatan Jalur Gaza bersama ketiga anaknya yang lain, sementara bayi perempuannya tinggal di Al Shifa.
"Tidak ada susu dan kondisinya semakin memburuk, ia kembali ke kondisi nol, dan hidup dengan oksigen lagi," kata al-Saik, dikutip dari Reuters.
Sang ibu dipertemukan kembali dengan bayinya di Rafah, namun untuk menemaninya ke Mesir, ia mengatakan harus meninggalkan anak-anaknya yang lain di Gaza.
"Saya bahkan tidak sempat memeluk mereka karena saya tidak bisa meninggalkan putri saya dalam keadaan seperti ini."
"Saya tidak mengucapkan selamat tinggal kepada mereka. Sesuatu mungkin terjadi pada mereka, mereka bisa dibom atau menjadi martir," ujarnya sambil menangis.
Baca juga: Israel Kerap Serang RS di Gaza demi Tunjukkan Tak Ada Tempat Aman bagi Warga Palestina
Kepala UNICEF di Kairo, Jeremy Hopkins mengatakan bahwa pihaknya bekerja sama dengan pihak berwenang Mesir untuk mengetahui keadaan masing-masing bayi tersebut.
Termasuk kepada mereka yang memiliki kerabat, sehingga mereka dapat diberikan dukungan di luar pertolongan medis langsung.