Misalnya, ketika Hamas menawan tentara Israel, Gilad Shalit pada tahun 2006, kelompok perlawanan Palestina menahannya selama lima tahun sebelum menukarnya dengan 1.027 warga Palestina yang ditawan di penjara Israel.
Pada tanggal 7 Oktober, juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari secara terbuka mengakui bahwa tentara Israel sedang menghadapi situasi penyanderaan dan bahwa mereka menggunakan serangan udara dan pasukan darat untuk menghadapinya.
Hagari mengatakan militer bertempur di 22 lokasi, dan menambahkan tidak ada komunitas di Israel selatan di mana kami tidak memiliki pasukan, di semua kota.
Kolonel Erez menyatakan bahwa biasanya, komandan Israel akan dihadapkan pada situasi di mana hanya satu tentara yang ditawan.
Di Gaza pada tanggal 7 Oktober, “Apa yang kami lihat di sini adalah Hannibal massal. Ada banyak celah di pagar, ribuan orang di berbagai kendaraan dengan dan tanpa sandera.”
Kolonel Erez lebih lanjut menyatakan bahwa pilot helikopter yang beroperasi di udara biasanya menerima sasaran dari pusat komando divisi, atau dari pasukan Israel yang berkomunikasi dengan mereka di darat,
namun pada tanggal 7 Oktober, Hamas telah menghancurkan keduanya, sehingga pilot memilih target mereka sendiri. Yaitu sasaran di perbatasan.
Pilot Apache tidak dapat membedakan antara pejuang Hamas, warga Palestina, dan warga Israel, dan karena itu menembaki semua mobil dan orang-orang di perbatasan Gaza tanpa membedakan, demikian penjelasan laporan tanggal 15 Oktober dari Yedioth Ahronoth.
“Kecepatan tembakan terhadap ribuan target pada awalnya ditembakkan dalam jumlah yang sangat besar, dan hanya pada titik tertentu pilot mulai memperlambat serangan dan dengan hati-hati memilih target,” tambah surat kabar tersebut.
Di tengah kekacauan tersebut, dua puluh delapan helikopter tempur Israel menembakkan semua amunisi yang mereka bawa, termasuk ratusan peluru peledak 30 mm dan rudal Hellfire, sepanjang hari.
Setelah mendaratkan Apache-nya untuk mengisi ulang amunisi sekitar pukul 10:00, komandan Skuadron 190 menginstruksikan pilot lainnya untuk menembak apa pun yang mereka lihat di area pagar, yang memisahkan Israel dari Gaza, kata laporan Yedioth Ahronoth.
Kolonel Erez juga mengomentari laporan bahwa tentara Israel telah menggunakan tank dan helikopter untuk mengebom rumah-rumah di permukiman sekitar Gaza, seperti kibbutz Be’eri, yang berisi pejuang Hamas dan tawanan Israel di dalamnya.
Dia juga menyarankan rumah-rumah ini dibom sesuai dengan arahan Hannibal, dengan izin dari pimpinan militer yang mengamati pertempuran dengan siaran langsung dari drone.
“Mereka tidak mengebom rumah-rumah tanpa izin. Ngomong-ngomong, saya sendiri melihat banyak drone di setiap pemukiman sebagai gambar komputer. Kami bisa mengawasi dari setiap pusat komando di Israel,” katanya.