TRIBUNNEWS.COM - Israel dan kelompok Palestina, Hamas, sepakat untuk melakukan penukaran sandera dan tahanan.
Mereka sepakat untuk melakukan gencatan senjata selama 4 hari untuk memfasilitasi pembebasan tersebut.
Pada Rabu (22/11/2023) pagi, para pejabat Israel mengatakan kesepakatan itu akan mulai dilaksanakan pada Kamis (23/11/2023).
Namun, penasihat keamanan nasional Benjamin Netanyahu, Tzachi Hanegbi, mengatakan itu tidak terjadi hingga Jumat (24/11/2023).
"Pelepasan akan dimulai sesuai kesepakatan awal antara para pihak, dan tidak sebelum hari Jumat," kata Tzachi Hanegbi, Kamis, dikutip dari The Guardian.
Baca juga: Pasukan Israel Mundur Teratur ke Titik Aman di Gaza
Pengumuman itu satu hari lebih lambat dari perkiraan semula.
Tzachi Hanegbi tidak memberikan alasan atas penundaan tersebut, namun Channel 13 TV mengatakan masih ada beberapa detail yang sedang diselesaikan.
Kesepakatan ini ditengahi oleh Qatar dan Amerika Serikat (AS).
Penukaran Daftar Nama Sandera dan Tahanan
Baca juga: Terungkap, AS Lah yang Berikan Koordinat Lokasi Saat Israel Bombardir Rumah Sakit di Gaza
Beberapa outlet berita Israel melaporkan pimpinan intelijen Israel (Mossad), David Barnea, telah menerima daftar nama orang yang disandera Hamas saat berada di Qatar untuk menyelesaikan rincian akhir perjanjian tersebut.
Pejabat Israel mengatakan daftar itu tidak akan dipublikasikan dan keluarga tidak akan diberitahu sampai mereka dibebaskan.
Sementara itu, Israel akan mengirimkan daftar warga Palestina yang ditahan di penjara Israel dari 300 nama yang telah dipublikasikan.
Jewish Insider memberitakan Hamas akan membawa para sandera ke tempat penyeberangan yang belum ditentukan di luar Gaza.
Israel akan memeriksa apakah Hamas membawa orang-orang yang benar, kemudian para sandera akan diterbangkan ke rumah sakit.