Arakhamia, yang menjadi kepala negosiator dalam perundingan perdamaian yang gagal di Istanbul, yang diadakan pada awal konflik yang sedang berlangsung.
“Tujuan Rusia adalah memberikan tekanan pada kami agar kami bersikap netral. Ini yang utama bagi mereka,” ujarnya.
“Dan kami akan memberikan kewajiban bahwa kami tidak akan bergabung dengan NATO. Ini adalah hal yang utama.”
Kiev membatalkan kesepakatan awal segera setelah Rusia menarik pasukannya dari sekitar Kiev, sebagai isyarat niat baik.
Kemunduran ini digambarkan oleh Kiev dan para pendukungnya di Barat sebagai kemenangan besar militer Ukraina, yang sangat memperkuat posisi mereka yang bersedia memberikan bantuan militer ke negara tersebut.
Dikutip Russia Today, Presiden Rusia Vladimir Putin sudah mempresentasikan rancangan perjanjian “tentang netralitas permanen dan jaminan keamanan bagi Ukraina” dalam pertemuan dengan para pemimpin Afrika di Moskow.
Pada saat itu, Putin mengatakan delegasi Ukraina pada awalnya setuju untuk menandatangani pakta netralitas yang juga akan membatasi senjata berat dan perangkat keras Ukraina.
Awal tahun ini, Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan kepada para pemimpin Afrika bahwa Moskow dan Kiev telah menandatangani rancangan perjanjian “tentang netralitas permanen dan jaminan keamanan bagi Ukraina” pada pembicaraan yang diselenggarakan oleh Türkiye.
Segera setelah Rusia menarik kembali pasukannya dari sekitar Kiev, sebagai isyarat niat baik. Tetapi Ukraina mengingkari perjanjian tersebut, kata Putin.
Penarikan pasukan Rusia digambarkan oleh pemerintah dan media Barat sebagai kemenangan militer Ukraina dan mereka mulai mengirimkan senjata berat dan peralatan ke pemerintahan Zelensky, sehingga memicu konflik selama 18 bulan berikutnya.
Ancaman Terbesar di Eropa
NATO menganggap Rusia sebagai ancaman terbesarnya di Eropa dan bersiap menghadapi konflik besar, kata Presiden Ceko Petr Pavel pada hari Rabu, seraya menegaskan kembali bahwa negara-negara Eropa Tengah akan terus mendukung Kiev dalam perjuangannya melawan Moskow.
Berbicara pada pertemuan puncak Grup Visegrad, sebuah klub politik informal yang mencakup Republik Ceko, Polandia, Hongaria dan Slovakia, Pavel menyatakan bahwa ia tidak mendapat kesan bahwa rekan-rekannya memiliki pandangan yang berlawanan mengenai konflik Ukraina.
“Kita semua sepakat bahwa demi keberhasilan Ukraina,” katanya, seraya menggambarkan bantuan kepada Kiev sebagai “langkah alamiah yang manusiawi.”
Ketika ditanya tentang potensi ancaman terhadap blok militer pimpinan AS dari Rusia, Pavel menyatakan bahwa diperlukan waktu bertahun-tahun bagi Moskow untuk memulihkan kemampuan tempurnya, namun ia mendesak agar tetap berhati-hati. “Di sisi lain, ada banyak variabel dalam perhitungan yang bisa mengubah keadaan. Hal ini akan sangat bergantung pada hasil konflik di Ukraina,” kata Pavel.