TRIBUNNEWS.COM - Kinnan Abdalhamid, seorang mahasiswa Palestina-Amerika yang terluka dalam penembakan di Burlington, Vermont, pada hari Sabtu (25/11/2023) lalu, berbicara untuk pertama kalinya sejak kejadian tersebut.
Bersama ibunya, ia diwawancarai program "The View" ABC pada hari Kamis (30/11/2023).
Abdalhamid, seorang mahasiswa kedokteran di Haverford College di Haverford, Pennsylvania, ditembak bersama dua mahasiswa Palestina lainnya, mahasiswa Brown University, Hisham Awartani, dan mahasiswa Trinity College, Tahseen Ali Ahmed.
Abdalhamid keluar dari rumah sakit pada hari Selasa.
"Rasanya seperti berada dalam mimpi buruk," kata Abdalhamid kepada pembawa acara "The View".
Menurut Abdalhamid, ia dan teman masa kecilnya itu, yang semuanya alumni Ramallah Friends School di Tepi Barat, mengunjungi Burlington untuk liburan Thanksgiving.
Baca juga: Pelaku Penembakan 3 Mahasiswa Keturunan Palestina di Vermont Didakwa Melakukan Percobaan Pembunuhan
Mereka menginap di rumah nenek Awartani.
Abdalhamid mengatakan pada malam penembakan, ketiganya sedang berjalan-jalan setelah pulang dari bermain bowling.
Pada saat itu, mereka berbicara dalam bahasa campuran bahasa Inggris dan Arab.
Awartani dan Ahmed mengenakan keffiyeh, hiasan kepala tradisional Palestina berwarna hitam dan putih yang biasa dipakai sebagai syal.
"Kami melihat seorang pria berdiri di teras rumahnya, agak memalingkan wajah dari kami."
"Begitu dia berbalik dan melihat kami... Dia tidak ragu tanpa sepatah katapun, langsung berlari menuruni tangga teras, mengeluarkan pistol dan mulai menembaki kami,” kata Abdalhamid.
"Hampir tidak nyata betapa cepatnya dia melakukannya."
"Saya masih mengingatnya dan bahkan saat ini rasanya seperti mimpi buruk."