“Orang-orang bertanya ‘Ke mana kami harus pergi?’ Gaza tidak siap menghadapi semua ini,” kata jurnalis Hind Khoudary, melaporkan dari Khan Younis.
Peringatan evakuasi menunjukkan bahwa Israel sekarang berencana untuk lebih menargetkan wilayah di selatan Jalur Gaza setelah memusatkan sebagian besar pemboman di utara wilayah kantong tersebut pada minggu-minggu sebelum gencatan senjata.
Jeda pertempuran selama tujuh hari, yang dimulai pada 24 November dan diperpanjang dua kali, memungkinkan terjadinya pertukaran puluhan sandera yang ditahan di Gaza dengan ratusan tahanan Palestina dan memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang hancur.
Selama gencatan senjata, Hamas membebaskan 110 tawanan, termasuk 80 warga Israel. Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 240 warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak, banyak di antaranya telah ditahan secara administratif selama berbulan-bulan tanpa dakwaan.
Namun, pada periode yang sama, jumlah penangkapan warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki Israel hampir sama banyaknya dengan jumlah penangkapan yang dilakukan Israel.
Jeda ini juga memungkinkan bantuan yang sangat dibutuhkan masuk ke daerah kantong tersebut, meskipun pasokan makanan, air, obat-obatan dan bahan bakar masih belum mencukupi untuk 2,3 juta penduduk Gaza. (Al Jazeera/Jerusalem Post)