Salah satu dari puluhan ribu orang yang tewas adalah jurnalis Palestina Ibrahim Lafi, teman terdekat Yara Eid sekaligus mantan koleganya di Ain Media.
Ibrahim Lafi terbunuh oleh serangan Israel pada hari pertama konflik saat meliput di Beit Hanoun, dekat pagar pemisah dengan Israel.
"Dia adalah sahabatku. Orang yang akan kutelepon saat aku sedang sedih atau saat aku bahagia. Orang yang akan kubagikan setiap detail kekonyolanku," tuturnya.
“Dia terus berbicara tentang bagaimana dia akan mengunjungi saya di London."
"Dia tidak pernah pergi dari Gaza."
"Kami selalu berbicara tentang bagaimana kami akan menjadi satu tim. "
"Saya dan dia, saya akan menjadi reporter. Dia adalah juru kamera."
Selain Lafi, salah satu pendiri Ain Media, Roshdi Sarraj, juga tewas akibat bombardir Israel.
Baca juga: Cerita Jurnalis Palestina di Israel yang Diintimidasi dan Diancam, Ada yang Ditodong Senjata
Setidaknya 61 jurnalis tewas dalam konflik tersebut, 54 di antaranya adalah warga Palestina, empat warga Israel, dan tiga warga Lebanon.
Mengharap Bantuan Internasional
Yara Eid mengatakan bahwa ia memang mempelajari hukum internasional, namun sejak itu ia kecewa dengan efektivitas hukum tersebut di Palestina.
“Hukum internasional hanya berlaku bagi siapapun yang mereka inginkan,” katanya.
“Hak asasi manusia warga Palestina tidak penting. Hak asasi anak-anak di Palestina tidak penting.”
Dia memutuskan untuk menekuni jurnalisme untuk menyampaikan kenyataan di lapangan.