Tentara Israel melancarkan agresi militernya ke Gaza sebagai respons terhadap serangan pada 7 Oktober oleh pejuang Hamas yang mengamuk di kota-kota Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 orang, menurut penghitungan Israel.
Kantor media Hamas mengatakan pada Selasa setidaknya 16.248 orang termasuk 7.112 anak-anak dan 4.885 wanita telah terbunuh di Gaza sejak saat itu.
Menyatakan keprihatinan publik global atas penderitaan warga sipil Palestina, kepala Dewan Pengungsi Norwegia, Jan Egeland, mengatakan: "Penghancuran Gaza kini merupakan salah satu serangan terburuk terhadap penduduk sipil di masa dan zaman kita."
Militer Israel mengatakan pada Rabu kalau mereka akan “berusaha keras” untuk menghindari dampak kehancuran bagi warga non-kombatan.
Secara berulang, IDF menuding Hamas menggunakan penduduk sipil sebagai tameng manusia dan mencegah warga sipil pindah ke tempat yang aman, sebuah tuduhan yang dibantah oleh kelompok militan tersebut.
Tak Ada Tempat Buat Lari
Pasokan bahan bakar dan medis telah mencapai tingkat yang sangat rendah di Rumah Sakit Al-Aqsa di Gaza tengah, dan ratusan pasien membutuhkan perawatan darurat, kata Medecins Sans Frontieres.
Koordinator darurat MSF Marie-Aure Perreaut Revial mengatakan rumah sakit tersebut telah menerima rata-rata 150 hingga 200 pasien luka perang setiap hari sejak 1 Desember.
“Saat ini ada 700 pasien yang dirawat di rumah sakit, dan pasien baru terus berdatangan,” katanya.
Sejak berakhirnya gencatan senjata, Israel telah memasang peta online untuk memberi tahu warga Gaza bagian mana dari wilayah kantong tersebut yang harus dievakuasi untuk menghindari serangan.
Kawasan timur Khan Younis ditandai pada Senin, dan ratusan ribu penduduknya mengungsi dengan berjalan kaki.
Namun warga Gaza mengatakan tidak ada tempat yang aman, karena kota-kota dan tempat penampungan lainnya sudah kewalahan, dan Israel terus mengebom daerah-daerah yang justru mereka tunjuk sebagai lokasi evakuasi warga sipil.
Amerika Serikat, sekutu terdekat Israel, menegaskan pada Selasa kalau Israel perlu berbuat lebih banyak untuk mengizinkan bahan bakar dan bantuan lainnya masuk ke Gaza dan mengurangi dampak kehancuran terhadap warga sipil.
“Tingkat bantuan yang masuk tidak mencukupi,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller.