Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keamanan siber (cyber security) terus menjadi isu krusial yang dihadapi banyak perusahaan di Indonesia. Lemahnya sistem pengamanan yang dibangun membuat data-data vital perusahaan mudah sekali diretas bahkan salah satu lembaga jasa keuangan kena giliran menjadi korban.
Merujuk data National Cyber Security Index (NCSI) 2022, skor indeks cyber security Indonesia sebesar 38,96 poin pada 2022 atau berada di peringkat ketiga terendah di antara negara G-20.
Selain merugikan konsumen, pelanggan, dan informasi penting internal, pembobolan data sangatlah rawan meruntuhkan reputasi perusahaan.
Country Manager Netpoleon Indonesia, Agung Samadi mengatakan, saat ini sebenarnya telah muncul kesadaran di perusahaan-perusahaan pentingnya keamanan siber.
"Ini membuat pasar keamanan siber diyakini akan terus bertumbuh mengingat trennya dari tahun ke tahun naik," kata Agung Samadi di sela-sela kerjasamanya dengan Splunk Inc, perusahaan keamanan dan data analisis di Jakarta, Jumat (8/12/2023).
Ia menyebut, selama Covid-19 pasar cyber security justru naik. "Kondisi ini dipicu bertumbuhnya tingkat kesadaran perusahaan bahwa cyber security itu penting, termasuk regulasi pemerintah," katanya.
Baca juga: Cara Hacker Pro Hamas Lakukan Serangan Siber: Bikin Situs Israel Down, Kirim Peringatan Roket Palsu
Dikatakan Agung, di era data, sekuritas, dan analytics menjadi sangat penting, kerjasama ini memungkinkan pihaknya untuk menyediakan perangkat yang dibutuhkan oleh pelanggan kami.
Group Vice President of Asia, Splunk Raen Lim selaku mengatakan, Netpoleon telah menjadi distributor Splunk di Filipina sejak tahun 2012.
Baca juga: Layanan Jasa Keuangan Asia Pasifik Jadi Sasaran Terbanyak Serangan Siber
"Kami antusias untuk memperluas kemitraan ini ke Indonesia dan membantu membangun ketahanan digital perusahaan-perusahaan secara lokal," katanya.