TRIBUNNEWS.COM - Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), Jake Sullivan, mengatakan perang Israel di Jalur Gaza akan beralih ke fase baru.
Fase baru ini akan berfokus pada penargetan para pemimpin Hamas.
"Akan ada transisi ke fase lain dalam perang ini, fase yang lebih terfokus pada penargetan para pemimpin dan operasi yang didorong oleh intelijen," kata Jake Sullivan, kepada wartawan saat berkunjung ke Israel, Jumat (14/12/2023).
Target utama Israel termasuk Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Jalur Gaza, Mohammed Deif, yang memimpin Operasi Badai Al-Aqsa, dan wakilnya, Marwan Issa.
Jake Sullivan mengatakan dia telah membahas waktu transisi itu dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Kabinet Perang dan panglima militer pada Kamis (14/12/2023).
"Kapan tepatnya hal itu terjadi dan dalam kondisi apa tepatnya akan terjadi diskusi intensif yang berkelanjutan antara Amerika Serikat dan Israel," katanya, dikutip dari Reuters.
Baca juga: Tentara Israel Diskors setelah Nyanyi Lagu Hanukkah di Masjid, IDF: Itu Merusak Citra Kami
Setelah pertemuan itu, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant mengatakan dia memberi tahu Sullivan bahwa perang akan berlangsung lebih dari beberapa bulan.
Secara tertutup, Gedung Putih telah mendorong diakhirinya fase perang dengan intensitas tinggi ini lebih cepat, kata para pejabat AS.
Setelah mengunjungi Israel, Sullivan dijadwalkan bertemu dengan Presiden Otoritas Pembebasan Palestina (PLO), Mahmoud Abbas pada Jumat (14/12/2023).
Baca juga: Tentara Israel Menyerang Seorang Jurnalis yang Meliput hingga Cedera Kepala
Hamas Palestina vs Israel
Amerika Serikat (AS) sebagai sekutu Israel, mendukung operasi militer yang diluncurkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk melawan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) yang berkuasa di Jalur Gaza.
Israel berkonsultasi dengan AS mengenai beberapa hal di medan perang sejak 7 Oktober 2023.
Sebelumnya, Israel melakukan pengeboman besar-besaran untuk menanggapi Hamas yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Hamas mengatakan, serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.
Baca juga: Kronik Shejaiya, Lingkungan Gagah Berani Gaza yang Tidak Dapat Dihancurkan Israel
Hamas menculik 240 orang dari wilayah Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel, yang direvisi menjadi 1.147.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan perang melawan Hamas dan meluncurkan pasukan ke Jalur Gaza pada keesokan harinya.
Pemboman Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 18.894 warga Palestina dan melukai lebih dari 46.480 lainnya sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Jumat (15/12/2023), lebih dari 2,2 juta warga Palestina menjadi pengungsi, dikutip dari Anadolu.
Kekerasan juga meningkat di Tepi Barat, terutama setelah Israel melakukan penyerbuan besar-besaran ke wilayah yang dikuasai Otoritas Pembebasan Palestina (PLO) tersebut.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel