TRIBUNNEWS.COM, ACEH- Jatah makanan pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar, Bangladesh anak naik pada tahun 2024.
Setiap orang pengungsi Bangladesh yang semula mendapatkan USD 8 (Rp 124 ribu – kurs Rp 15.520) menjadi USD 10 (Rp 155 ribu) mulai bulan Januari 2024.
Hal itu diungkapkan Direktur Program Pangan Dunia PBB (WFP) di Bangladesh, Dom Scalpelli yang dikutip dari kantor berita Dhaka Tribune, Jumat (15/12/2023).
Baca juga: Pengungsi Rohingya tembus 1.600 orang, mengapa nelayan Aceh menolong mereka?
“Dengan pendanaan yang diterima sejauh ini, kami akan dapat meningkatkan hak pangan dari USD 8 menjadi USD 10, mulai Januari 2024,” ujarnya.
Pihaknya mengaku senang mendengar kabar kenaikan jatah makan untuk para pengungsi Rohingya ini.
Dia berharap, para donatur seperti Amerika Serikat dan negara-negara donatur lainnya dapat terus memberi dana kepada WFP, sehingga kehidupan dan kebutuhan dasar Rohingya dapat dijamin
“Kami sangat senang dengan perkembangan positif ini dan berharap para donor akan terus mendanai kami untuk menjamin kebutuhan dasar Rohingya terpenuhi,” papar Dom Scalpelli.
Dikatakannya, WFP menyambut baik kontribusi baru sebesar USD 87 juta dari Biro Bantuan Kemanusiaan (BHA) Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID).
Ia mengungkapkan, pendanaan yang tepat waktu ini akan secara signifikan mendukung upaya WFP dalam memberikan bantuan penyelamatan nyawa kepada pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar dan di Pulau Bhasan Char.
Di mana selama ini hampir satu juta orang menghadapi kesulitan setiap harinya, dan mereka dipastikan tidak dapat kembali untuk mendiami negara asalnya, Myanmar.
“Seperti yang telah kita lihat di kamp-kamp pengungsian, situasinya tetap memprihatinkan bagi warga Rohingya, yang telah melalui krisis demi krisis,” kata Reed Aeschliman, direktur misi USAID di Bangladesh.
Baca juga: PBB Sebut Gelombang Pengungsi Rohingya Akan Berdatangan ke Aceh hingga April 2024: Butuh Dana Rp83 M
Ia melakukan kunjungan ke kamp Cox’s Bazar pada Rabu (13/12/2023) untuk menyaksikan situsa di kawasan itu.
Meskipun Amerika Serikat menjadi donatur utama terhadap pera pengungsi, Aeschliman menyadari bahwa tahun ini merupakan tahun yang penuh tantangan bagi para pengungsi.
“Kita tidak boleh mengabaikan kebutuhan warga Rohingya, atau masyarakat lokal yang murah hati di Bangladesh. Hal ini memerlukan dukungan berkelanjutan dari pemerintah, donatur, dan mitra pembangunan,” sebutnya.
Kini memasuki tahun ketujuh pengungsi Rohingya di kamp tersebut, mereka masih berada dalam situasi yang sangat berbahaya dengan terbatasnya kebebasan bergerak, kurangnya kesempatan kerja dan meningkatnya ancaman keamanan.
Kamp-kamp tersebut juga rentan terhadap bahaya, termasuk bencana terkait iklim seperti angin topan dan banjir.
Baca juga: PBB Sebut Gelombang Pengungsi Rohingya Akan Berdatangan ke Aceh hingga April 2024: Butuh Dana Rp83 M
Kekurangan dana yang akut memaksa WFP untuk memotong bantuan makanannya untuk seluruh populasi Rohingya di kamp-kamp Cox’s Bazar.
Sehingga mengurangi hak yang diberikan dari USD 12 per orang menjadi USD 10 pada Maret 2023, dan kemudian kembali dikurangkan menjadi USD 8 pada Juni.
Sejak pengurangan jatah makanan, situasi ketahanan pangan di kamp-kamp pengungsian memburuk dengan cepat.
Pemantauan terbaru WFP pada November mengungkapkan bahwa 90 persen populasi pengungsi di Cox’s Bazar tidak memiliki konsumsi makanan yang cukup.
Keluarga harus bergantung pada makanan yang lebih murah namun kurang bergizi, sementara orang tua makan lebih sedikit atau tidak makan hanya untuk memberi makan anak-anak mereka.
Status gizi anak juga semakin memburuk di kamp tersebut.
Baca juga: Lagi, 37 Pengungsi Rohingya Masuk Aceh, Kali Ini Lewat TPI Idi Rayeuk Aceh Timur
Dibandingkan dengan tahun lalu, pada bulan September, analisis menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak anak yang dimasukkan ke dalam program pengobatan untuk malnutrisi akut berat dan sedang.
Pendanaan BHA akan digunakan untuk memberikan bantuan makanan kepada Rohingya, serta untuk pekerjaan WFP di bidang nutrisi.
Dana itu juga digunakan untuk pembangunan ketahanan dan pengurangan risiko bencana di Cox’s Bazar dan Bhasan Char.
Selain itu, hampir 8.000 anak-anak dan 4.000 wanita hamil dan menyusui di lingkungan Cox’s Bazar akan didukung melalui program nutrisi WFP.
WFP juga berencana untuk memperkenalkan panganan kaya nutrisi ke dalam piring nasi di Cox's Bazar pada awal tahun 2024.
WFP mengaku membutuhkan USD 79 juta lagi untuk mengembalikan jatah penuh.
Kedatangan Pengungsi Rohingya ke Aceh Terus Terjadi Hingga Maret 2024
Badan PBB urusan Kemanusiaan (OCHA) memperingatkan gelombang kedatangan pengungsi Rohingya akan terjadi lebih banyak lagi.
Baca juga: Warga Kabupaten Aceh Tamiang dan Gayo Lues Tolak Keras Kehadiran Pengungsi Rohingya
Badan itu melalui layanan situs website-nya, ReliefWeb, menyebutkan bahwa gelombang kedatangan Rohingya ke Indonesia akan terus terjadi hingga Maret 2024.
Hal ini terjadi karena situasi di Myanmar dan Bangladesh yang tidak kondusif, dan mulai memasuki musim kemarau yang panjang.
Tak hanya itu, bulan-bulan tersebut adalah waktu pelayaran yang dimungkinkan karena air lau di kawasan Laut Andaman relatif lebih tenang.
“Mengingat situasi di Myanmar saat ini, berlarut-larutnya pengungsi Rohingya di Bangladesh, dan datangnya musim kemarau dengan kondisi laut yang membaik,”
“maka diperkirakan akan lebih banyak lagi kelompok pengungsi Rohingya yang akan tiba di Aceh pada akhir bulan Maret 2024,” lapor ReliefWeb, diterbitkan pada Rabu (13/12/2023).
Layanan itu melaporkan bahwa, pengungsi Rohingya sangat memerlukan bantuan segera, berkelanjutan, dan menyelamatkan nyawa.
Baca juga: Perwakilan UNHCR dan IOM Diusir Warga, Pengungsi Rohingya Batal Ditempatkan di Aceh Tamiang
“UNHCR dan IOM segera meminta dana sebesar USD 5,4 juta (Rp 83,7 miliar) untuk memenuhi kebutuhan mendesak dan darurat para pengungsi Rohingya yang diturunkan di Provinsi Aceh,” lapor ReliefWeb.
Layanan itu menyebut, 1,543 pengungsi Rohingya telah mendarat di Aceh sejak 14 November 2023.
Hingga 12 Desember 2023, total pengungsi Rohingya di Aceh, termasuk 179 orang yang turun dari kapal pada awal tahun 2023, berjumlah sekitar 1,722 orang.
Sekitar 700 pengungsi saat ini masih terluntang lantung di Aceh dan belum mendapatkan tempat penampungan.
Lebih dari 1.000 orang telah direlokasi ke tempat penampungan yang penuh sesak di Aceh.
Penulis: Agus Ramadhan
Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Program Pangan Dunia: Jatah Makan Pengungsi Rohingya Naik Jadi Rp155 Ribu per Orang Mulai Tahun 2024