Seorang pejabat Amerika Serikat (AS), mengatakan Israel "dengan hati-hati menguji" metode tersebut "secara terbatas".
Jika berhasil, rencana Israel itu bisa ditingkatkan hingga merusak jaringan terowongan dalam skala yang lebih besar.
Namun, menurut pejabat AS itu, metode Israel tersebut sulit dan kontroversial.
Sekalipun menggunakan jumlah air yang cukup dan tekanan yang tinggi, hal ini mungkin hanya berhasil sebagian saja.
Baca juga: IDF Bagikan Rekaman saat Saudara Yahya Sinwar Lakukan Tur Terowongan Hamas
Selain itu, upaya Israel membanjiri terowongan Hamas juga berisiko mencemari pasokan air bersih dan merusak infrastruktur apapun yang tersisa di permukaan.
Bagi pemerintah Israel, hal ini juga berisiko membunuh sandera yang masih ditahan Hamas di Gaza, yang sebagian besar diyakini berada di bawah tanah.
Israel tidak yakin apakah metode itu akan berhasil, ujar pejabat AS itu kepada CNN.
Tetapi, Israel telah meyakinkan AS bahwa mereka berhati-hati untuk hanya mengujinya di terowongan di mana mereka yakin tidak ada sandera yang ditahan.
Sementara itu, Juru Bicara Hamas, Osama Hamdan, mengatakan kelompoknya telah membangun terowongan untuk menahan kemungkinan air masuk ke dalamnya.
"Terowongan itu dibangun oleh para insinyur terlatih dan terdidik yang mempertimbangkan semua kemungkinan serangan dari penjajahan, termasuk pemompaan air," kata Hamdan dalam konferensi pers di Ibu Kota Lebanon, Beirut, Kamis (14/12/2023).
Netanyahu: Israel akan Berjuang Sampai Akhir
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan Israel "akan terus berjuang sampai akhir" dalam perang melawan Hamas.
Netanyahu juga mengatakan Israel "akan mencapai semua tujuan kami", termasuk pembebasan sandera, dalam pernyataannya Minggu (17/12/2023), dilansir Al Arabiya.
Israel terus melanjutkan serangannya di Gaza, setelah serangkaian penembakan, termasuk terhadap tiga warga mereka sendiri yang menjadi sandera.
Ketegasan Israel itu terus berlanjut meski mendapat tekanan dari untuk menghentikan serangan, atau setidaknya mengurangi operasi militer di Gaza, saat Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, berkunjung minggu ini.