TRIBUNNEWS.COM - Gerakan boikot produk pro Israel mulai berdampak.
CEO Starbucks, Laxman Narasimhan sampai meminta agar masyarakat berhenti memprotes kedai kopi tersebut.
Ia memohon agar operasional toko-tokonya tidak lagi diganggu.
Menurutnya, orang-orang telah disesatkan oleh informasi palsu yang tersebar secara luas di media sosial mengenai posisi perusahaan tersebut terkait perang Israel-Hamas.
"Kami melihat para pengunjuk rasa dipengaruhi oleh representasi keliru di media sosial tentang apa yang kami perjuangkan," kata Narasimhan dalam suratnya kepada karyawan dan pelanggan Starbucks, dikutip dari CNN.
"Kota dan negara di seluruh dunia, termasuk di Amerika Utara, menyaksikan protes makin meningkat," lanjutnya.
Baca juga: Boikot Produk Pro Israel Mulai Berdampak, H&M dan Starbucks Gulung Tikar, Impor ke Indonesia Anjlok
Ia juga mengakui banyak toko Starbucks mengalami kejadian vandalisme.
"Kami telah bekerja sama dengan otoritas setempat untuk memastikan mitra dan pelanggan kami aman," urai Narasimhan.
Surat tersebut merupakan upaya untuk mengurai posisi Starbucks dari kontroversi terkait perang.
Starbucks juga berusaha menjauhkan diri dari posisi pro-Palestina yang diambil oleh Starbucks Workers United, sebuah serikat pekerja Starbucks, yang telah membuat marah beberapa pendukung pro-Israel.
Perusahaan kopi tersebut mengatakan beberapa protes terkait perang di Gaza diakibatkan langsung oleh komentar serikat pekerja.
Lebih dari 350 dari sekitar 9.300 toko milik perusahaan di Amerika Serikat merupakan anggota serikat pekerja.
Baca juga: Boncos Rp 186 Triliun Gegara Boikot, Starbucks PHK Karyawan dan Tutup Belasan Gerai
Tak lama setelah serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, serikat pekerja tersebut, Starbucks Workers United, mengunggah “Solidaritas dengan Palestina” di platform media sosial X.
Di bawah foto yang dibagikan, terdapat gambar buldoser yang dioperasikan oleh Hamas yang merobohkan pagar di jalur Gaza