Rudal balistik anti-kapal yang diluncurkan Houthi, banyak di antaranya telah dicegat oleh kapal perang AS dan sekutunya, telah menakuti perusahaan pelayaran dan mengubah rute kapal kargo di sekitar Tanjung Harapan.
Artinya, kapal-kapal harus mengelilingi Afrika untuk bisa menuju Eropa.
Perubahan jalur ini menyebabkan penundaan dan meningkatkan biaya.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden sejauh ini masih enggan memberikan tanggapan militer langsung terhadap Houthi, yang didukung oleh Iran.
Baca juga: AS-Israel Rebutan Balas Serang Ansarallah, Washington Desak Tel Aviv Tak Respons Rudal Houthi Yaman
"Iran diduga mempersenjatai Hamas dan Hizbullah, selain pasukan Houthi," tulis laporan Newsweek.
Awal pekan ini, AS membentuk koalisi 10 negara dalam tajuk Operation Prosperity Guardian, yang berupaya melawan aktivitas Houthi di jalur pelayaran internasional tersebut.
Gerakan Houthi pada Rabu menyatakan perang terhadap gugus tugas angkatan laut pimpinan AS, dan mengatakan bahwa mereka siap menghadapi serangan apa pun.
Baca juga: Ansarallah Houthi Yaman Tantang AS Cs, Iran Peringatkan Bakal Ada Banjir Darah di Laut Merah
AS Tegur China Karena Ogah Gabung Satgas Maritim di Laut Merah
AS menyatakan, China masih enggan ikut-ikutan dalam Satgas Maritim di Laut Merah tersebut.
"Beijing belum bergabung dalam operasi tersebut, namun kapal-kapalnya juga rentan terhadap rudal Houthi, kata Washington.
"Mereka (Houthi) merugikan Amerika Serikat; mereka merugikan Tiongkok. Mereka merugikan kepentingan setiap negara," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller pada hari Selasa.
Dalam teguran halus terhadap Beijing, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada timpalannya dari Tiongkok dalam seruan baru-baru ini kalau “semua negara” memiliki kewajiban untuk menegakkan keamanan maritim.
"Blinken menjelaskan dengan sangat jelas kalau, jika Tiongkok dapat menggunakan hubungannya di kawasan untuk mendesak negara-negara agar tetap tenang dan menjaga stabilitas, kami pikir itu akan menjadi langkah yang produktif,” kata Miller.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin pada Kamis (21/12/2023) tidak secara langsung menjawab pertanyaan tentang potensi kontribusi Beijing dalam menstabilkan situasi di Laut Merah.
Baca juga: Laut Merah Membara, Arab Saudi Diuji: Tunduk Pada Perintah AS atau Berdamai dengan Yaman
“Menjaga keamanan dan stabilitas kawasan merupakan kepentingan bersama komunitas internasional. Tiongkok berdiri untuk melindungi keselamatan jalur laut internasional dan tidak menimbulkan gangguan terhadap kapal-kapal sipil,” katanya.