Israel baru-baru ini memperingatkan akan adanya ekspansi ke Lebanon.
Pada 22 Desember, jurnalis Yedioth Ahronoth Israel, Nadav Eyal, mengutip pejabat senior militer, mengatakan kalau “semua perhatian IDF saat ini tertuju ke utara.
Puluhan ribu warga Israel menjadi pengungsi internal akibat perang yang dilancarkan Hizbullah segera setelah Hamas menyerang.”
“Penilaian umum di Israel adalah bahwa upaya diplomatik terhadap Hizbullah akan gagal, dan kemungkinan perang meningkat,” tambah Eyal.
The Times sebelumnya melaporkan, Israel sedang menyusun rencana untuk menginvasi Lebanon karena tentara Israel takut akan serangan serupa pada 7 Oktober dari Hizbullah.
Rencana dan ancaman invasi ke Lebanon bertentangan dengan permintaan sekutu Israel untuk tidak memperluas perang lebih jauh.
Jenderal pasukan cadangan Israel Yitzhak Brick telah memberikan peringatannya kepada Israel, dengan mengatakan bahwa Israel tidak siap menghadapi Hizbullah.
“Hizbullah saat ini dilengkapi dengan 150.000 roket dan peluru rudal, dan masalah utamanya adalah beberapa di antaranya presisi dan berat, dengan berat ratusan kilogram,” Brick memperingatkan, seraya menambahkan bahwa Hizbullah “dapat mencapai sasaran seperti [pembangkit listrik] , [fasilitas] air, pangkalan angkatan udara, dan mengganggu lalu lintas jalan raya serta [menggusur] penduduk."
Namun negara Israel bertekad untuk membuka front Lebanon, di mana Menteri Pertahanan Yoav Gallant baru-baru ini mengatakan bahwa “jika Hizbullah ingin naik satu level, kami akan naik lima level.”
Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah menyampaikan pidatonya baru-baru ini.
“Apa yang terjadi di lini depan kami sangatlah penting dan berpengaruh… hal ini tidak akan dibatasi terlalu lama… Semua opsi di lini depan Lebanon terbuka. Semua pilihan ada di meja.”
(oln/tc/toi/*)