Pilot Foxbat MiG-25 Irak menjelaskan bagaimana dia mampu menembak jatuh F/A-18 Hornet Amerika Serikat pada malam pertama Operasi Badai Gurun tahun 1991.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kemajuan teknologi anti-pesawat membuat pertempuran udara jarang terjadi.
Namun pada tahun 1991, ketika AS memulai Operasi Badai Gurun (operasi militer melawan Saddam Hussein), seorang pilot Irak membuat petinggi Pentagon bingung karena jet tempur MiG-25 Irak mampu menembak jatuh sebuah F/A-18 Hornet.
“Saya mengunci target 38km dari saya dan pada jarak 29km saya menembakkan rudal R-40RD dari bawah sayap kanan saya. Saya mengunci target dengan radar saya sampai saya menyaksikan ledakan besar di depan saya,” Letnan Zuhair Dawoud, pilot AU Irak, seperti dikutip media Eurasiantimes.
Kisah tentang F-18 ini kembali diangkat setelah pesawat tersebut--meski dengan varian berbeda--baru-baru ini menjadi berita ketika berhasil menembak jatuh drone yang ditembakkan pejuang Houthi Yaman.
Kisah F-18 ini adalah pertempuran udara-ke-udara pertama antara MiG-25 dan F/A-18 Hornet.
MiG-25, saat itu merupakan jet Soviet paling mumpuni di jajaran Angkatan Udara Irak dalam hal kemampuan tempur udara-ke-udara.
Selama Perang Iran-Irak, jet tempur tersebut digunakan untuk misi udara-ke-udara.
Dalam Perang Teluk, mereka dikerahkan sebagai pembom serang, sebuah peran yang menjadi dasar pembuatan jet tempur.
Pesawat ini adalah pesawat tempur tercepat yang memasuki layanan saat itu, dengan rangkaian sensor yang besar dan kuat serta kemampuan terbang dengan kecepatan lebih dari 3 kali kecepatan suara.
Selama perang, pesawat yang dijuluki NATO Foxbats ini adalah ancaman terbesar bagi superioritas udara Amerika.
Malam pertama Operasi Badai Gurun
Tanggal 17 Januari 1991, sekitar pukul 02.30 pagi (waktu Baghdad), tiga gelombang serangan Angkatan Laut AS yang terdiri dari dua kelompok pesawat SEAD (Penindasan pertahanan udara musuh) dan formasi “serangan alfa” dari pesawat tempur Angkatan Laut AS (bermarkas di kapal induk) menerobos wilayah udara Irak.
Tujuan mereka adalah menghancurkan pangkalan udara besar Irak yang mengoperasikan skuadron MiG-25, MiG-29, dan pembom buatan Rusia lainnya.
Formasi “serangan alfa” mencakup 10 pesawat tempur F/A-18C Hornet yang lepas landas dari Kapal Induk USS Saratoga.