Foxbat Irak terbang langsung ke tengah barisan jet tempur Amerika.
Besarnya ukuran MiG-25 membuat mereka--setelah lepas landas--langsung dapat dideteksi skuadron tempur AS yang dikomandani Michael Anderson.
Anderson menemukan MiG-25 di radarnya ketika dia berada 70 mil dari Qadessiya.
“Saya langsung mendapat kontak radar mengenai target udara yang keluar dari lapangan terbang (di depan kami),” kenang Anderson.
“Saya langsung tahu itu adalah pesawat musuh karena kami memiliki beberapa teknologi (Electronic ID) di F/A-18. Saya dapat melihat nyala api setelah pembakaran, dan itu adalah nyala api kuning yang sangat panjang, yang pernah saya lihat sebelumnya pada MiG-25."
"Segera setelah saya mengunci radarnya, dia berbelok ke kanan, dan pada saat itu, dia mulai mengelilingi saya berlawanan arah jarum jam. Saya melakukan beberapa kali manuver dengannya.”
Cerita versi Anderson ini dikuatkan Dawoud.
“Radar saya masih memanas, dan saya berada 90km [48,6 mil] dari formasi target ketika sebuah pesawat musuh mengunci saya dengan radar. Jadi, saya melakukan manuver keras,” kata Dawoud.
Anderson sendiri segera mendapat konfirmasi dari Pesawat Komando AWACS bahwa itu adalah jet tempur musuh.
Foxbat dan Hornet berbalik ke arah satu sama lain. Saat malam sudah gelap, hanya sisa pembakaran dari kedua pesawat yang menyala di belakang mereka yang terlihat.
Ketika keduanya mencapai sisi berlawanan dari lingkaran, Dawoud meluncur dan mematikan afterburnernya untuk menjatuhkan pesawat Amerika yang berada di ekornya.
Anderson kehilangan tanda Dawoud. Namun, saat MiG-25 berbelok ke Timur, Dawoud terbang melewati wingman Anderson yang menerbangkan “AA406”.
Ternyata Dawoud juga mengalami hal serupa, ia kehilangan kontak dengan targetnya.
Ia melaporkan hal itu ke pengawas darat, yang kemudian menyarankan dia untuk berbelok ke timur dan menyerang target lain yang berjarak sekitar 40 km.