News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Siapkan Serangan Balasan, Hizbullah Tantang Israel dan Tak Gentar Hadapi Perang Besar

Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Suci BangunDS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para pendukung Hizbullah mendengarkan pidato pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, di Beirut, Lebanon, 3 November 2023. Nasrallah bersumpah akan membalas serangan Israel yang menewaskan pemimpin Hamas bernama Saleh al-Arouri pada 2 Januari 2024

TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengeklaim pihaknya tak gentar terlibat dalam perang besar melawan Israel, Rabu, (4/1/2024).

Pernyataan itu dilontarkan Nasrallah setelah Israel menyerang Beirut, Lebanon, dan membunuh pemimpin Hamas bernama Saleh al-Arouri.

Dia sekali lagi menegaskan, bahwa serangan apa pun terhadap Lebanon akan dibalas.

Nasrallah menyebut, serangan terbaru Israel itu sebagai “serangan serius” terhadap Lebanon.

Kemudian, dia bersumpah bahwa serangan itu “tidak akan berlalu saja tanpa balasan dan hukuman”.

Pemimpin Hizbullah itu mengumumkan rencana serangan balasan. Kata dia, pembunuhan al-Arouri adalah tindakan “berbahaya” dan akan dibalas.

“Jika musuh berpikir tentang mengobarkan perang melawan Lebanon, maka perjuangan kita tidak akan ada batasnya, tanpa aturan. Dan mereka tahu apa yang saya maksudkan,” ujar Nasrallah dikutip dari Russian Today.

“Kami tidak takut perang. Kami tidak gentar. Kami tidak ragu-ragu,” katanya menegaskan.

Baca juga: Tak Hanya Saleh al-Arouri, Pemimpin Hizbullah Hussein Yazbek juga Tewas dalam Serangan di Lebanon

Nasrallah mengeklaim, Israel sudah mengalami “kekalahan strategis” sejak Hamas melancarkan serangan tiba-tiba terhadap Israel.

Kemudian, dia menyebut Israel tak bisa mengalahkan Hamas di Gaza dan kehilangan ribuan tentara karena konflik dengan Hizbullah di perbatasan Lebanon.

Kata dia, pembantaian yang kini terjadi di Gaza telah menunjukkan “realitas buruk” Amerika Serikat (AS) kepada dunia.

“Yang melakukan pembantaian di Gaza adalah pemerintah Amerika dan keputusan Amerika, kebijakan Amerika, rudal Amerika, dan bom Amerika,” ujarnya.

Selain itu, Nasrallah memuji Houthi yang menurutnya telah melakukan aksi blokade di Laut Merah.

Namun, dia mengatakan Houthi yang bermarkas di Yaman itu bertindak atas inisiatif diri sendiri dan tidak berkoordinasi dengan gerakan perlawanan lainnya di Timur Tengah.

Nasrallah turut memuji para pejuang Hizbullah di Lebanon Selatan.

“Kami menghormati dan menghargai semua yang berjuang di perbatasan dan kami bangga kepada mereka,” ucapnya dikutip dari Naharnet.

Baca juga: Saleh al-Arouri Tewas, Akankah Lebanon Berperang Total Melawan Israel? Pakar Ungkap Prediksinya

Dia menyebut, perjuangan mereka akan membawa kesejahteraan bagi Lebanon, Suriah, Palestina, dan seluruh negara Islam.

“Perlawanan di lebanon tidak terhambat pada tanggal 8 Oktober ketika membua front itu dan tidak akan terhalangi.”

Pakar tak yakin perang besar akan terjadi

Serangan Israel yang menewaskan al-Arouri membuat Hizbullah dan pemerintah Lebanon murka.

Lalu, apakah hal itu membuat Hizbullah dan Lebanon terseret ke dalam perang besar antara Hamas dan Israel?

Makram Rabah, seorang analis politik di Universitas Amerika di Beirut, Lebanon, mengungkapkan prediksinya.

“Saya pikir ada banyak orang yang menduga akan ada sejumlah pembalasan oleh Hizbullah dan Iran,” ujar Rabah dikutip dari Arab News.

Akan tetapi, Rabah memiliki pendapat berbeda. Dia tidak yakin kelompok militan itu akan melancarkan serangan balasan berskala besar.

“Saya tidak berpikir hal seperti itu mungkin terjadi, terutama karena penargetan al-Arouri dan cara Israel mengirim pesan langsung melalui penasihat (Perdana Menteri Benjamin) Netanyahu bahwa serangan ini menargetkan Hamas, bukan Lebanon dan Hizbullah, pada kenyataannya akan memberi (Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan) Nasrallah cara untuk keluar dari keadaan sulit ini," katanya menjelaskan.

Baca juga: Ketegangan dan Kemarahan Mulai Memuncak di Gaza dan Tepi Barat setelah Saleh al-Arouri Tewas

Rabah juga menyinggung bahwa selama 10 hari terakhir sudah ada 15 serangan terhadap pejabat Garda Revolusi Iran (IRGC) di Suriah.

Salah satu serangan itu menewaskan pemimpin senior IRGC bernama Reda Mousavi. Namun, tidak ada pembalasan besar-besaran.

Adapun setelah Israel menyerang al-Arouri, Hizbullah mengecam Israel dan menyebut serangan itu sebagai “serangan serius terhadap Lebanon”.

Hizbullah juga menyebutnya sebagai “perkembangan berbahaya dalam perang antara musuh dan poros perjuangan”.

Sementara itu, pemimpin Hamas bernama Ismail Haniyeh menyebut serangan itu sebagai serangan teroris dan pelanggaran terhadap kedaulatan Lebanon.

Militer Israel memilih bungkam atas serangan itu. Namun, penasihat Netanyahu yang bernama Mark Regev buka suara.

“Siapa pun yang melakukannya, sudah jelas bahwa ini bukan serangan terhadap negara Lebanon,” kata Regev.

Kata Regev, serangan itu adalah serangan terhadap pemimpin Hamas.

Baca juga: Pernyataan Provokatif Kepala Intelijen Israel Mossad Sehari Usai Saleh Al-Arouri Terbunuh

Sementara itu, pakar politik Firas Maksad dari Institut Timur Tengah menyebut serangan Israel membuat Hizbullah mengalami dilema.

“Dengan mengabaikan peringatan keras dari Hassan Nasrallah bahwa pembunuhan di wilayah Lebanon akan memicu balasan tegas, Israel kini membuat Hizbullah mengalami dilema,” kata Maksad.

“Hizbullah [bisa] meresponsnya dengan cara yang sama dan berisiko mengalami perang besar dengan Israel yang tak diinginkannya, atau menyerah sehingga mengizinkan Israel untuk menentukan kembali aturan pertempuran dan mungkin membuka peluang pembunuhan lainnya karena kurangnya pencegahan."

Menurut Maksad, serangan terbaru Israel itu membuat Hizbullah makin kesulitan mempertahanan sikapnya yang abu-abu alias tidak menginginkan perang berskala penuh, tetapi juga tidak ingin berdamai dengan Israel di daerah perbatasan.

(Tribunnews/Febri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini