TRIBUNNEWS.COM - Media Israel Haaretz, menuntut penyelidikan atas tewasnya sandera warga Israel akibat tembakan tank IDF di dekat perbatasan dengan Jalur Gaza, Anadolu Agency melaporkan, Senin (8/1/2024).
Setidaknya 12 sandera yang disandera oleh pejuang Hamas tewas ketika sebuah tank Israel menembakkan dua peluru ke sebuah rumah di pemukiman Be’eri pada 7 Oktober lalu, menurut Haaretz.
“Tidak ada tuntutan yang lebih bisa dibenarkan selain permintaan keluarga orang-orang yang terbunuh dalam insiden penyanderaan di Kibbutz Be’eri untuk menyelidiki tindakan tentara dan menerima jawaban mengenai kematian orang yang mereka cintai,” tulis Haaretz dalam sebuah laman editorial.
Surat kabar tersebut meminta tentara Israel untuk memberikan penjelasan mengenai tindakan tentara Israel selama serangan terhadap pemukiman tersebut.
Dikatakan bahwa penyelidikan akan membantu menjelaskan apakah Protokol Hannibal, diterapkan selama serangan itu.
Protokol Hannibal menyatakan bahwa orang Israel yang mati lebih baik daripada tawanan yang ditahan musuh.
Menurut media Israel, Protokol Hannibal adalah arahan militer Israel yang mengatur bagaimana unit lapangan harus bertindak ketika seorang tentara ditangkap oleh pasukan musuh.
Dikatakan bahwa protokol tersebut dirancang pada tahun 1986 tetapi dibatalkan pada tahun 2016 berdasarkan keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Israel saat itu, Gadi Eisenkot.
Eisenkot saat ini menjabat sebagai menteri di Dewan Menteri Militer.
Haaretz juga mengatakan bahwa melakukan penyelidikan akan membantu memperjelas apakah protokol militer ini benar digunakan terhadap sandera Israel yang ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.
Hamas diyakini menyandera hampir 136 warga Israel di wilayah yang diblokade setelah serangannya pada 7 Oktober.
Baca juga: Suaminya Didemo Besar-besaran, Sarah Netanyahu Dibentak-bentak Saat Bertemu Keluarga Sandera Israel
Israel telah melancarkan serangan udara dan darat di Jalur Gaza sejak 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 23.084 warga Palestina dan melukai 58.926 lainnya, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Sementara itu hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas.
Namun, sejak saat itu, Haaretz mengungkap bahwa helikopter dan tank tentara Israel, pada kenyataannya, telah membunuh banyak dari 1.139 tentara dan warga sipil yang diklaim oleh Israel telah dibunuh oleh pasukan Perlawanan Palestina.
Serangan gencar Israel telah menyebabkan kehancuran di Gaza.
60 persen infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur, dan hampir 2 juta penduduk mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Penembakan 3 Sandera Israel
Desember lalu, warga Israel tercengang ketika tiga sandera yang ditahan oleh Hamas dibunuh oleh pasukan Israel di tengah zona perang aktif, AP melaporkan.
Padahal, sandera itu telah mengibarkan bendera putih dan berteriak dalam bahasa Ibrani untuk menunjukkan bahwa mereka tidak menimbulkan ancaman.
Tetapi mereka justru ditembak oleh tentara negaranya sendiri.
Bagi sebagian orang, insiden tersebut merupakan contoh mengejutkan betapa buruknya keadaan di medan perang, yang berbahaya tidak aman bagi siapa pun.
Namun bagi para kritikus, insiden tersebut menggarisbawahi apa yang mereka katakan sebagai tindakan kekerasan berlebihan yang dilakukan aparat keamanan Israel terhadap warga Palestina.
“Ini memilukan tetapi tidak mengherankan,” kata Roy Yellin, direktur penjangkauan publik kelompok hak asasi manusia Israel B’Tselem.
“Kami telah mendokumentasikan selama bertahun-tahun banyak sekali insiden orang-orang yang jelas-jelas menyerah dan masih tertembak.”
Yellin mengatakan pembunuhan itu melanggar etika dasar militer dan hukum internasional yang melarang penembakan terhadap orang yang mencoba menyerah, baik kombatan atau bukan.
Namun dia mengatakan hal itu adalah bagian dari tren kekerasan berlebihan yang pada akhirnya menimpa warga Israel sendiri.