Hal ini membuat penduduk semakin bergantung pada kegiatan ekonomi yang dijalankan pemerintah, serta lapangan kerja, perumahan, pendidikan, dan pelayanan kesehatan yang disponsori negara. Sambil terus menyelenggarakan pemilu, masing-masing negara ALBA memberikan sebagian besar pemerintahannya kepada masyarakat termiskin sebagai imbalan atas suara mereka.
Untuk membiayai pengeluaran publik dan sosial, negara-negara ALBA sebagian besar menukar sumber daya alam mereka dengan uang tunai, pinjaman dan kredit.
Venezuela sendiri telah menerima lebih dari $43 miliar pendanaan China sebagai imbalan atas minyak bumi, yang menyumbang lebih dari 90 persen ekspor negara tersebut.
Bolivia juga mengekspor minyak bumi dalam jumlah besar dan sebagian besar pasokan timahnya.Hubungan Ekuador dengan China juga tampaknya telah tumbuh secara eksponensial sebagai sumber pendanaan yang penting. Hal ini disebabkan oleh situasi mata uang Ekuador yang unik.
Pada tahun 2000, pemerintah Ekuador beralih dari mata uangnya, sucre, ke dolar AS setelah mengalami krisis perbankan besar. Berbeda dengan negara-negara ALBA lainnya, bank sentral dan pemerintah Ekuador tidak dapat mencetak jalan keluar dari defisit, sehingga mendevaluasi mata uang untuk menutupi kekurangan dan pengeluaran yang berlebihan. Faktanya, salah satu agenda reformasi utama pemerintahan Correa saat itu mencakup de-dolarisasi perekonomian Ekuador.
Karena tidak mempunyai alat moneter untuk inflasi, pemerintahan Correa harus menggunakan pinjaman untuk membiayai pengeluarannya yang besar. Penggunaan sumber daya minyak bumi di Ekuador tampaknya telah menyebabkan China hampir memonopoli ekspor minyak mentah Ekuador, sehingga membuat apa yang oleh beberapa analis digambarkan sebagai status baru Ekuador sebagai anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh China. China mungkin secara teknis tidak memiliki Ekuador, namun Correa tampaknya akan menjual segalanya untuk tetap berkuasa.(Business Insider/Voa/WashingtonPost)