Pravda memberitakan saat itu PM Inggris datang ke Kiev dengan “dua pesan sederhana,” bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin adalah “penjahat perang” yang tidak boleh diajak bernegosiasi, dan bahkan jika Ukraina siap menandatangani semacam perjanjian dengan Rusia, Barat tidak.
Sementara David Arakhamia, pemimpin partai Zelensky di parlemen Ukraina, mengungkit kunjungan tersebut dalam sebuah wawancara pada bulan November 2023, dengan mengutip pesan Johnson yang mengatakan kepada Ukraina “mari kita terus berjuang.”
David Arakhamia yang saat itu menjabat sebagai ketua faksi parlemen Presiden Volodymyr Zelensky dan kepala negosiator pada perundingan damai di Istanbul, juga menyebut semestinya perang Ukraina sudah kelar pada Maret 2022 lalu.
Dikutip dari Russia Today, saat itu perundingan Rusia dan Ukraina ditengahi oleh Turki. Moskow telah menawarkan perjanjian damai kepada Kiev pada Maret 2022, tetapi pihak Ukraina tidak mempercayai Rusia.
“Tujuan Rusia adalah memberikan tekanan pada kami agar kami bersikap netral. Ini adalah hal utama bagi mereka: Mereka siap mengakhiri perang jika kita menerima netralitas, seperti yang pernah dilakukan Finlandia. Dan kami akan membuat komitmen bahwa kami tidak akan bergabung dengan NATO. Ini yang utama,” kata Arakhamia kepada saluran TV 1+1, Jumat (24/11/2023).
Namun, menyetujui netralitas dan melepaskan keanggotaan NATO berarti mengubah konstitusi Ukraina, jelas Arakhamia.
“Kedua, tidak ada kepercayaan pada Rusia bahwa mereka akan melakukan hal ini. Ini hanya bisa dilakukan dengan jaminan keamanan,” katanya kepada 1+1.
Namun Boris Johnson yang tiba di Kiev dan mengatakan kepada para pejabat Ukraina untuk terus berjuang dan tidak menandatangani perjanjian apa pun dengan Moskow.
"Ketika kami kembali dari Istanbul, Boris Johnson datang ke Kiev dan mengatakan bahwa kami tidak akan menandatangani apa pun dengan [Rusia] sama sekali. Dan [berkata] ‘ayo terus berjuang," ujar Arakhamia.
Peran Johnson dalam menggagalkan perundingan damai di Istanbul terungkap pada Mei 2022 oleh media Ukrayinska Pravda.
Hingga akhirnya Boris Johnson digulingkan dari jabatannya pada Juni 2022.
Sementara Boris Johnson, pada pekan lalu akhirnya mengomentari masalah ini. Ia membantah telah mengompori Zalensky.
Ia mengatakan bahwa ia hanya mengatakan kepada Zelensky bahwa Inggris akan mendukung Ukraina “seribu persen” dan bahwa setiap kemungkinan perjanjian dengan Rusia akan “sangat kotor.”
Johnson menegaskan kalau dirinya tidak “memerintahkan” siapa pun untuk melakukan apa pun.