News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Militer Israel Alami Krisis Parah: 2 Perwira Melarikan Diri, Setengah Batalion Tolak Perang ke Gaza

Penulis: garudea prabawati
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tentara Israel (IDF) mengevakuasi rekan mereka yang terluka dalam pertempuran melawan milisi pembebasan Palestina di Gaza. Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, dilaporkan menggagalkan misi operasi penyelamatan IDF di Gaza Selatan pada Selasa (9/1/2024). Kalangan Militer Israel dilaporkan mengalami krisis yang parah, ada perwira yang melarikan diri hingga banyak pasukan baru yang tolak di Gaza.

TRIBUNNEWS.COM - Militer Israel dilaporkan mengalami krisis yang parah selama agresinya di Gaza, dan berperang melawang Hamas, fenomena ini dimulai pada akhir November 2023.

Dilaporkan dua perwira pasukan pertahanan Israel (IDF) melarikan diri dari medan peperangan bersama dengan unit mereka dari medan perang Gaza.

Mereka melarikan diri dengan alasan tidak menerima bantuan militer setelah disergap oleh puluhan pejuang Palestina.

Buntutnya dua perwira tersebut kini dipecat.

Selain itu banyak tentara Israel yang menolak ikut berperang.

Menurut laporan program KAN ‘Hazet Hayom’, pada Rabu (18/1/2024), hampir setengah dari batalion yang baru dibentuk menolak pergi ke Gaza, dan perang melawan Hamas, dengan alasan kurangnya pelatihan, mengutip Palestine Chronicle.

“Pejuang cadangan yang dipanggil untuk berlatih sebelum pembentukan Brigade 'Hashomer' mengkritik keras kesenjangan serius dalam peralatan, profesionalisme, kurangnya tenaga kerja dan terutama fakta bahwa di tengah pelatihan mereka diberitahu bahwa mereka memasuki Jalur Gaza tanpa pelatihan yang diperlukan,” kata laporan itu.

Baca juga: 3 Sandera Israel Tewas, Ibu Korban Tuduh IDF Bunuh Mereka Pakai Bom Gas

“Yang membuat para pejuang takjub, Mayor Jenderal mengumumkan bahwa telah diputuskan untuk membawa batalion jauh ke dalam Jalur Gaza tanpa persiapan,” tambah laporan tersebut.

Beberapa relawan militer Israel meninggalkan pelatihan dengan tuduhan kurangnya kepercayaan dan peralatan.

"Kami belum siap untuk mengambil tanggung jawab,” kata para relawan militer Israel tersebut.

Meskipun tentara Israel mengklaim bahwa 593 tentara Israel telah terbunuh dalam Perang Gaza dan lebih dari 3.000 orang terluka, namun diperkirakan sesuai laporan medis yang dipublikasikan di surat kabar Israel menunjukkan bahwa sebenarnya jumlahnya jauh lebih tinggi.

Baca juga: Warga Israel Tak Sudi Pulang, Bocor di Markas Komando IDF Niat Netanyahu Lawan Hamas hingga 2025

30.000 IDF Potensi Cacat usai Perang di Gaza, 4.000 Dinonaktifkan

Sebuah data menunjukkan sekitar 30.000 pasukan pertahanan Israel (IDF) berpotensi mengalami cacat usai bertempur dan melakukan agresi di Gaza, Palestina.

Seperti diketahui 4.000 tentara Israel kini telah dinonaktifkan, lantaran dalam kondisi cacat sejak awal perang di Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu.

“Negara ini (Israel) bersiap menerima sejumlah besar tentara Israel yang cacat, dan setelah 100 hari perang, sekitar 4.000 tentara telah diakui menderita cacat,” kata laporan itu. 

Menurut situs Israel, operasi militer yang dilakukan oleh gerakan Perlawanan Palestina Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023 membawa Israel ke dalam fase perang yang belum pernah dialami sebelumnya.

Di mana efeknya banyak tentara Isarel yang tewas, terluka, namun yang lebih penting mengalami cedera sangat parah.

Walla menambahkan bahwa tentara Israel yang mengalami luka parah hanya dapat bertahan hidup dengan perawatan medis berkualitas tinggi yang diberikan oleh tim penyelamat dan tim medis.

Sementara terkait potensi jumlah IDF yang mengalami cacat sebanyak 30.000, diduga pihak Israel menutupi data tersebut, mengutip Palestine Chronicle.

Situs itu mengatakan bahwa tentara Israel tidak memberikan semua data tentang korban luka kepada publik, karena khawatir hal itu akan menurunkan moral masyarakat.

“Saat ini, sekitar 4.000 tentara (penyandang disabilitas) telah diakui menurut klasifikasi 3, yang berarti mereka berhak atas semua perlakuan dan haknya (dibebastugaskan),” jelas Walla.

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini