Israel Siap Lakukan Perubahan Strategi Operasi, Lebih Agresif Perang Menghadapi Hizbullah di Lebanon
TRIBUNNEWS.COM- Perwira senior Israel menganjurkan Strategi Operasi yang lebih agresif dalam menghadapi Hizbullah di Lebanon.
Komandan Israel menuntut perubahan cara atau perubahan metode dalam perang menghadapi Hizbullah di Lebanon.
Komandan senior militer Israel telah mengusulkan untuk menyerukan gencatan senjata sepihak dengan Hizbullah sebagai dalih untuk memperluas perang dan membenarkan penggunaan 'kekuatan yang tidak proporsional'.
Ketika Israel meningkatkan kampanye pembunuhannya terhadap para pejabat di Poros Perlawanan, perwira senior militer Israel menganjurkan operasi yang lebih agresif yang akan mengubah cara perang dengan Hizbullah di Lebanon, Ynet melaporkan pada 21 Januari.
Israel telah melakukan banyak pembunuhan tingkat tinggi di Lebanon dalam beberapa pekan terakhir, termasuk pembunuhan Saleh al-Arouri, seorang pemimpin penting Hamas, dan Wissam al-Tawil, seorang komandan penting Hizbullah.
Serangan terbaru Israel di Lebanon menargetkan sebuah mobil di Bint Jbeil pada hari Minggu. Korban lainnya membunuh beberapa anggota perlawanan Lebanon dan Palestina di daerah Tirus (Sour) di Lebanon selatan pada hari Sabtu.
Baca juga: Israel Bajak dan Curi Uang Rakyat Palestina, Pajak Palestina yang Ditahan, Ditransfer ke Norwegia
Namun, menurut surat kabar Israel, serangan tersebut belum mampu secara mendasar mengubah kenyataan di Israel utara, di mana penduduk pemukiman perbatasan telah dievakuasi akibat serangan Hizbullah dan mereka tidak dapat kembali.
Surat kabar tersebut mengatakan bahwa Israel, pada dasarnya, menciptakan zona keamanan di dalam perbatasannya sendiri, meninggalkan komunitas-komunitas yang terbengkalai.
Tampaknya pemerintah tidak bersedia membayar mahal akibat perang dengan Lebanon demi menyelamatkan komunitas dan ladang di wilayah utaranya.
Sebagai tanggapan, beberapa perwira senior Israel menuntut agar Israel mencoba strategi baru, yang akan melibatkan pengumuman gencatan senjata sepihak sebagai dalih untuk memperluas perang.
“Sudah waktunya untuk 'persamaan' baru,” kata mereka.
Para komandan mengusulkan agar tentara “mengumumkan bahwa mereka akan menahan tembakan selama 48 jam, namun memperingatkan bahwa rudal, roket atau bom berikutnya yang mendarat di wilayah Israel, terutama terhadap sasaran sipil, akan memicu respons besar-besaran yang akan mendatangkan malapetaka pada Israel. Lebanon Selatan."
“Respon yang tidak proporsional” akan mencakup penargetan “rumah-rumah anggota Hizbullah di desa-desa Syiah di wilayah [perbatasan], yang sejauh ini sebagian besar tidak terkena dampaknya.”