TRIBUNNEWS.COM - Perwakilan Iran untuk PBB mengatakan Teheran tidak memiliki keterlibatan dengan serangan yang menewaskan tentara AS di Yordania, dekat perbatasan Suriah.
Dilansir PressTV, perwakilan tersebut mengeluarkan pernyataan yang diterbitkan pada Minggu (28/1/2024) malam setelah serangan pesawat tak berawak di pangkalan AS itu menewaskan tiga tentara Amerika dan melukai 34 lainnya.
Pernyataan itu mengatakan Iran tidak ada hubungannya dengan serangan itu, dan menambahkan bahwa insiden itu adalah bagian dari konflik antara tentara Amerika Serikat dan kelompok militan di kawasan itu.
Presiden AS Joe Biden menyalahkan insiden itu kepada kelompok yang ia sebut "didukung Iran."
Serangan pesawat tak berawak di Tower 22, sebuah pangkalan pendukung logistik, menandai pertama kalinya personel militer AS terbunuh sejak dimulainya serangan Israel di Gaza pada 7 Oktober.
Dalam keterangannya, Presiden AS Joe Biden mengatakan serangan itu terjadi di timur laut Yordania dekat perbatasan Suriah.
Namun, Yordania mengatakan serangan itu tidak terjadi di wilayahnya, melainkan di Suriah.
Biden mengatakan upaya sedang dilakukan untuk mengumpulkan fakta-fakta serangan itu dan bersumpah akan membalas dendam.
“Jangan ragu, kita akan meminta pertanggungjawaban semua pihak pada waktu dan cara yang kami pilih,” katanya.
Menurut pernyataan dari Komando Pusat AS (CENTCOM), jumlah korban luka dalam serangan pesawat tak berawak itu diperkirakan akan berubah seiring dengan semakin banyaknya orang yang mencari perawatan.
Delapan personel dievakuasi dari Yordania untuk mendapatkan perawatan tingkat tinggi, namun kondisinya stabil.
Baca juga: Hamas Tanggapi Serangan Drone di Yordania yang Tewaskan 3 Tentara AS, Singgung Perang Israel di Gaza
Perlawanan Islam di Irak, sebuah kelompok payung pejuang anti-teror, mengklaim melakukan serangan di tiga pangkalan, termasuk satu di perbatasan Yordania-Suriah.
Sejak 7 Oktober, telah terjadi sekitar 160 serangan terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah.
Sebagian besar dari wilayah tersebut diklaim dikuasi oleh kelompok perlawanan regional.
Iran sering mengatakan kelompok perlawanan bertindak sendiri dalam menanggapi kejahatan Israel di Gaza.
Kelompok perlawanan regional tidak menerima perintah dari Iran, dan Iran juga tidak berperan dalam keputusan mereka untuk melakukan operasi pembalasan demi membela rakyat Palestina, ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kan'ani, Senin (29/1/2024), mengutip PressTV.
Lebih lanjut Nasser Kan'ani mengatakan, sejak awal serangan Israel ke Gaza pada awal Oktober lalu, Iran telah berulang kali memperingatkan bahaya perluasan ruang lingkup konflik di wilayah tersebut akibat serangan Israel yang terus berlanjut dan dukungan penuh AS terhadap Israel.
Kan'ani menekankan bahwa tekanan AS dan pelanggaran terus menerus terhadap kedaulatan nasional Irak dan Suriah serta serangan bom terhadap kelompok dan masyarakat Irak, Suriah dan Yaman telah memperburuk ketidakstabilan di kawasan itu.
Ia menekankan pentingnya menjaga perdamaian, stabilitas dan keamanan di kawasan.
Iran percaya bahwa mengakhiri serangan Israel di Gaza serta segera melakukan gencatan senjata dapat mempersiapkan landasan bagi pemulihan perdamaian di wilayah tersebut, kata Kan’ani.
“Iran memantau perkembangan di kawasan dengan kesiapan dan kewaspadaan dan tanggung jawab atas konsekuensi tuduhan provokatif terhadap Iran berada di tangan para pelaku klaim tidak berdasar tersebut,” tambahnya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)