Berbicara dalam program "Face the Nation" di CBS beberapa saat sebelumnya, Sullivan mengatakan serangan hari Jumat adalah permulaan, bukan akhir.
“Saya tidak akan menggambarkannya sebagai kampanye militer terbuka,” katanya.
Serangan hari Sabtu di Yaman menghantam fasilitas penyimpanan senjata, sistem rudal, peluncur dan kemampuan lain yang terkubur yang digunakan Houthi untuk menyerang kapal-kapal Laut Merah, kata Pentagon, sambil menambahkan bahwa pihaknya menargetkan 13 lokasi.
Juru bicara militer Houthi Yahya Sarea mengatakan serangan itu tidak akan terjadi tanpa tanggapan dan konsekuensi.
Juru bicara Houthi lainnya, Mohammed Abdulsalam, mengindikasikan kelompok mereka tidak akan tergoyahkan karena serangan itu.
Ia mengatakan keputusan Yaman untuk mendukung Gaza tidak akan terpengaruh oleh serangan apa pun.
Sementara itu, warga Yaman menceritakan bagaimana mereka diguncang oleh ledakan dahsyat.
“Bangunan tempat saya tinggal berguncang,” kata Fatimah, seorang warga Sanaa yang dikuasai Houthi.
Ia menyebut sudah bertahun-tahun dia tidak merasakan ledakan seperti itu.
Kelompok Houthi tidak mengumumkan adanya korban jiwa.
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan mengunjungi Arab Saudi, Mesir, Qatar, dan Israel dalam beberapa hari mendatang dalam perjalanan kelimanya ke wilayah tersebut sejak Oktober.
Ia akan berfokus pada memajukan pembicaraan mengenai kembalinya sandera dengan imbalan gencatan senjata sementara.
Blinken juga akan mendorong kesepakatan besar antara Arab Saudi dan Israel yang ditengahi AS untuk menormalisasi hubungan, yang bertujuan untuk mengakhiri konflik Gaza lainnya dan langkah-langkah menuju negara Palestina di masa depan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)