Satu Dunia Kacau Jika Houthi Putus Kabel Internet Global Bawah Laut, Justifikasi AS Buat Bombardir Yaman?
TRIBUNNEWS.COM - Kelompok Ansarallah (Houthi) diyakini akan mengubah serangan mereka di Laut Merah dari blokade kapal menjadi penyerangan kabel internet bawah laut di lepas pantai Yaman.
Peringatan itu dilontarkan saingan Houthi, Dewan Transisi Selatan (STC) yang menguasai satu di antara tiga pemerintahan pararel Yaman.
Baca juga: Dinamika Yaman dan Konflik di Laut Merah: Selain AS, Houthi Juga Hadapi Tangan Arab Saudi dan UEA
STC dilaporkan memperingatkan potensi Houthi akan memutus kabel internet bawah laut di lepas pantai Laut Merah negara itu dan menyebutnya sebagai “ancaman serius terhadap salah satu infrastruktur digital terpenting di dunia.”
Moammar Al-Eryani, menteri informasi, kebudayaan dan pariwisata pemerintahan yang berbasis di Aden, memposting pernyataan tersebut di X menyusul analisis yang dipublikasikan di Gulf International Forum.
Analisis tersebut memperingatkan potensi perubahan strategi serangan Houthi di Laut Merah.
Baca juga: Ansarallah Houthi Yaman Singgung Aksi Berani Malaysia, Desak Semua Negara OKI Tolak Kapal Israel
Disebutkan, Houthi berpotensi mengubah serangan dari menargetkan pengiriman barang – yang sangat mengganggu perekonomian global – menjadi arus informasi global ke cara lain yang lebih berdampak luas.
Pembenaran AS Buat Bombardir Yaman?
Kelompok Houthi sebelumnya telah menyangkal kabar kalau mereka akan menargetkan jaringan kabel internat global tersebut.
Beberapa waktu sebelum Amerika Serikat (AS) dan Inggris melancarkan serangan ke Yaman dengan dalih menyasar gerakan yang disebut-sebut mendapat sokongan dari Iran tersebut, Houthi juga menyangkal menyerang kapal-kapal dunia selain berentitas Israel.
Mereka menegaskan, memblokade Laut Merah dan hanya menyerang kapal berentitas Israel (dari dan ke pelabuhan negara pendudukan tersebut).
Saat itu, awal Januari 2024, Houthi mengungkapkan kalau STC akan melakukan operasi false flag, menyerang kapal-kapal non-Israel namun membuat serangan itu seolah-olah dilakukan oleh Houthi.
"Serangan palsu terhadap kapal komersial (tak terkait entitas Israel) untuk melibatkan pemerintah Sanaa dan mendorong militerisasi AS lebih lanjut di Laut Merah, kata Fadl Abu Thalib, anggota biro politik gerakan perlawanan Ansarallah, Selasa (9/1/2024).
Baca juga: Ansarallah: Milisi Proksi UEA Bikin Operasi False Flag di Laut Merah, Houthi Cuma Buru Israel
Dia menambahkan UEA, melalui tentara bayarannya di Yaman, membuat pengaturan untuk menargetkan kapal-kapal komersial yang tidak ditujukan untuk entitas Zionis.
Tujuan dari operasi false flag ini adalah untuk menunjukkan kalau seolah-olah Houthi akan tanpa pandang bulu menyerang kapal negara mana pun di Laut Merah.
Houthi, kata dia, sekali lagi menegaskan hanya menyasar kapal-kapal berentitas Israel untuk menegakkan dukungan mereka terhadap aksi militer Israel di Gaza.
Selang beberapa waktu, AS dan Inggris benar-benar melakukan agresi ke Yaman melalui serangan udara karena berdalih aksi Houthi menyerang apapun yang melintas di Laut Merah.
Baca juga: Mengamuk Balas Dendam, AS Semburkan 125 Rudal Presisi dalam 30 Menit ke Milisi Proksi Iran
Terhubung di Seluruh Dunia
Dalam analisis yang diterbitkan pekan lalu, analis Emily Milliken di Askari Defense & Intelligence yang berbasis di DC menggambarkan kabel bawah laut sebagai “korban berikutnya” dari serangan Houthi.
Mengomentari berlanjutnya penargetan kapal pengiriman barang oleh Houthi, Milliken menambahkan kelompok tersebut “dapat menyesuaikan strateginya untuk mengatasi target baru – dan mungkin lebih penting –: kisi-kisi kabel telekomunikasi bawah laut yang melapisi selat Bab al-Mandab.”
Baca juga: Tempur Dua Jam, Rudal Yaman Memaksa Angkatan Laut AS Mundur dari Selat Bab al-Mandab di Laut Merah
Dia merujuk pada sebuah postingan di saluran Telegram yang dilaporkan berafiliasi dengan Houthi.
Saluran tersebut membagikan peta kabel bawah laut, mencatat bahwa kabel tersebut tidak hanya menghubungkan Yaman tetapi juga seluruh benua.
“Bahkan kerusakan sebagian pada kabel bawah laut dapat menghilangkan akses internet di wilayah yang luas, sehingga menyebabkan gangguan ekonomi besar bagi seluruh negara,” tulisnya.
Hal ini penting karena ketergantungan dunia dan perekonomian global terhadap akses terhadap internet.
Saat ini, Houthi tidak memiliki teknologi kapal selam untuk mencapai perairan dalam yang biasa dilalui kabel, tulis Milliken.
Namun, tambahnya, perairan yang relatif dangkal di wilayah tersebut membuat hal ini lebih mungkin dilakukan, terutama dengan bantuan pelatihan penyelam tempur dan kepemilikan ranjau laut.
Perusahaan Telekomunikasi Umum Yaman mengutuk ancaman tersebut dalam sebuah pernyataan kepada The Guardian.
Menurut outlet tersebut, Yemen Telecom juga mendesak kelompok telekomunikasi untuk tidak bekerja sama dengan Houthi untuk mencegah kabel tersebut jatuh ke tangan mereka.
Baca juga: Ansarallah Houthi Yaman Tak Mau Berdamai dengan Arab Saudi Jika Statusnya Perantara
Kapal Non-Israel Tetap Bisa Lewat
Pada bulan Desember, Kementerian Telekomunikasi dan Teknologi Informasi yang dikuasai Houthi di Yaman mengatakan pihaknya “menyangkal” segala “apa yang disebut ancaman” yang diberitakan di media.
Dikatakan mereka, larangan terhadap kapal-kapal Israel – yang mereka anggap sebagai musuh – tidak berlaku bagi mereka yang melakukan pekerjaan pada kabel tersebut.
Pernyataan terbaru ini muncul di tengah serangan AS di wilayah Yaman yang dikuasai Houthi.
Pada Minggu, Komando Pusat AS mengumumkan kalau mereka telah menyerang empat rudal jelajah anti-kapal yang diklaim sedang disiapkan untuk digunakan terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Ini adalah yang terbaru dari serangkaian tindakan pencegahan yang diambil AS terhadap Houthi, dalam upaya melindungi jalur pelayaran yang digunakan secara global, seperti yang dilaporkan Jake Epstein dari Insider.
Serangan Houthi terhadap pelayaran, yang berlangsung sejak November lalu, adalah bagian dari tujuan kelompok tersebut untuk menyerang kapal-kapal yang terkait dengan Israel untuk mendukung warga Palestina di Gaza.
(oln/BI/*)