TRIBUNNEWS.COM - Organisasi hak asasi manusia, Amnesty International mengatakan populasi Rafah bertambah lima kali lipat selama perang yang terjadi di Gaza.
Amnesty International mengungkapkan, populasi Rafah telah membengkak sejak 7 Oktober 2023, menyoroti bahaya serangan Israel terhadap warga sipil di sana.
Ketika pasukan Israel terus bergerak lebih jauh ke selatan, mereka memerintahkan warga Palestina yang terlantar untuk mencari perlindungan di Rafah dekat perbatasan dengan Mesir.
“Sebagian besar orang di Rafah telah meninggalkan wilayah lain di Gaza setelah diperintahkan oleh otoritas Israel untuk 'mengevakuasi',” ungkap Amnesty International, Selasa (13/2/2024), dilansir Al Jazeera.
“Warga sipil tidak punya tempat untuk melarikan diri dari pemboman dan menghadapi risiko genosida yang nyata dan akan segera terjadi," jelasnya.
Kejahatan Perang Israel di Rafah
Pada Senin (12/2/2024), Amnesty International Inggris mengungkap bukti 'serangan melanggar hukum' mematikan yang dilakukan oleh pasukan Israel di Kota Rafah, Gaza.
Bukti tersebut terkait tuduhan kejahatan perang oleh Israel dan pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional selama operasi militer di wilayah tersebut.
Laporan ini mengeksplorasi realitas di mana seluruh keluarga dilenyapkan tanpa mendapat hukuman, sehingga menimbulkan bayangan suram di wilayah yang dianggap “paling aman” di Gaza.
Investigasi Amnesty International meneliti empat serangan Israel yang terpisah di Rafah, di mana warga sipil, termasuk anak-anak dan orang tua, dikatakan menanggung beban kekerasan yang tiada henti.
Tiga dari serangan ini terjadi pada Desember 2023 setelah berakhirnya jeda kemanusiaan, dan serangan lainnya terjadi pada Januari 2024.
Baca juga: 153 Negara Termasuk Australia & Jepang Serukan Gencatan Senjata di Gaza, Prihatin Serangan ke Rafah
Direktur senior penelitian, advokasi, kebijakan, dan kampanye di Amnesty International, Erika Guevara-Rosas, mengutuk kekejaman tersebut.
Ia menuduh pasukan Israel mengabaikan hukum internasional dan menghancurkan kehidupan warga sipil yang tidak bersalah.
“Seluruh keluarga terbunuh dalam serangan Israel bahkan setelah mereka mencari perlindungan di daerah yang dianggap aman dan tanpa peringatan sebelumnya dari pemerintah Israel,” ujarnya, Senin, dikutip dari Anadolu Agency.
Ia juga menekankan, serangan-serangan ini menggarisbawahi pola yang meresahkan dari pasukan Israel yang melanggar hukum internasional.