Kelompok perlawanan Palestina menambahkan bahwa mereka yang berada di rumah sakit kekurangan kebutuhan dasar hidup, termasuk obat-obatan dan makanan. Mereka juga mengutuk tembakan langsung ke rumah sakit yang dilakukan pasukan Israel, termasuk penembak jitu yang ditempatkan di sekitar kompleks, “yang menyebabkan kematian sejumlah warga di dalamnya.”
Anggota biro politik Hamas, Dr. Bassem Naeem, mengatakan kelompok itu “dihubungi oleh PBB bahwa mereka diberitahu oleh Israel bahwa pasukan Israel berencana menyerbu Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, yang berarti pembantaian baru seperti Rumah Sakit Shifa. .”
Naeem menambahkan, Al-Nasser Medical Complex merupakan rumah sakit terbesar kedua di Jalur Gaza setelah Al-Shifa. Dia mengatakan bahwa rumah sakit tersebut telah dikepung selama tiga minggu, dan mencatat bahwa banyak warga sipil telah terbunuh oleh tembakan penembak jitu Israel, sementara yang lain meninggal akibat penolakan Israel untuk memberikan pasokan medis kepada staf rumah sakit.
“Serangan ini berarti pembantaian baru terhadap rakyat kita dan sistem kesehatan, yang terjadi meskipun ada keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) dan semua seruan internasional untuk menghentikan genosida ini,” kata Naeem.
“Kami sangat memperingatkan langkah ini dan menyerukan intervensi internasional yang mendesak untuk menghentikan pembantaian ini, yang tidak mendukung rencana deeskalasi apa pun.”
Tentara Israel menggunakan drone dan pengeras suara untuk memberi tahu orang-orang di rumah sakit: “Evakuasi sekarang, kalian binatang!”
Pasukan Israel juga mengirim seorang sandera Palestina yang diborgol ke rumah sakit untuk menyampaikan perintah evakuasi, yang menurut saksi mata kemudian terbunuh oleh tembakan penembak jitu Israel.
Badan-badan kemanusiaan mengatakan situasinya terlalu tidak aman untuk mengambil jenazah warga Palestina yang ditinggalkan di luar kompleks rumah sakit.
Koordinator proyek Médecins Sans Frontières (MSF), Jacob Burns, yang bekerja di rumah sakit Khan Yunis hingga awal Januari, mengatakan, “Kondisinya sangat, sangat sulit, dengan seringnya masuknya korban luka, datang ke ruang gawat darurat di mana tidak ada tempat tidur, dan pasien di lantai, dan dokter yang bekerja dalam kondisi sulit.”
“Pertempuran telah membuat akses ke Rumah Sakit Eropa [di Khan Yunis] menjadi terlalu berbahaya, dan di Rafah, tidak ada cukup tempat tidur bahkan untuk orang-orang yang sudah berada di sana,” kata Burns. “Membayangkan bahwa Anda dapat mengevakuasi ratusan pasien adalah hal yang tidak mungkin.”
Tentara Israel mengklaim perintah evakuasinya tidak ditujukan kepada pasien dan staf.
Pengepungan Israel terhadap Rumah Sakit Al-Shifa menyebabkan fasilitas medis tersebut berada dalam situasi yang mengerikan, karena banyak orang, termasuk pasien dialisis dan bayi prematur, meninggal karena kurangnya listrik dan pengobatan.
(Sumber: X, Al Jazeera, The Cradle)