News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Ultimatum Gempur Rafah Saat Ramadhan hingga Batasi Akses Warga Palestina ke Masjid Al Aqsa

Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Al Aqsa

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dikabarkan telah menyetujui rencana untuk membatasi warga Palestina yang masuk ke dalam Masjid Al Aqsa selama bulan suci Ramadhan.

Rencana tersebut disampaikan oleh Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel, Itamar Ben-Gvir, dan telah disetujui oleh Netanyahu, demikian Al Jazeera mengutip berita dari stasiun televisi Israel, Channel 13.

Meskipun dinas keamanan Israel, Shin Bet, telah memperingatkan langkah ini dapat memperburuk situasi, Netanyahu tetap mengambil keputusan tersebut.

Shin Bet telah memperingatkan tentang potensi ketegangan antara warga Palestina di Israel dan kepolisian.

Meski demikian, Netanyahu tampaknya mengabaikan peringatan tersebut.

"Netanyahu menyetujui saran Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir untuk membatasi akses warga Palestina ke Masjid Al Aqsa selama Ramadan," demikian diungkapkan Channel 13.

Pemerintahan Netanyahu dijadwalkan akan mengeluarkan peraturan resmi terkait pembatasan tersebut dalam beberapa hari mendatang, seperti dilaporkan media setempat.

Beberapa media Israel, termasuk Channel 12, dalam dua hari terakhir melaporkan, Shin Bet memperingatkan pemerintah mengenai potensi timbulnya ketegangan jika akses warga Palestina di Israel ke Masjid Al Aqsa dibatasi.

Shin Bet menyatakan pembatasan ini berpotensi memicu kerusuhan yang lebih besar daripada yang terjadi di Yerusalem, Tepi Barat, dan sekitarnya pada 1948 saat Israel terbentuk.

Sejak serangan Israel ke Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu, polisi Israel terus membatasi akses ke Masjid Al Aqsa bagi warga Palestina di Israel, terutama yang ingin melaksanakan salat Jumat.

Meskipun demikian, sekitar 25 ribu warga Palestina berhasil masuk ke Masjid Al Aqsa pada Jumat lalu untuk melaksanakan salat Jumat pertama sejak serangan Israel ke Gaza.

Ancam serang Rafah selama Ramadan

Sementara itu, Menteri Kabinet Perang Israel Benny Gantz pada Minggu mengancam akan menyerang kota Rafah selama bulan puasa Ramadan jika sandera yang ditahan oleh Hamas tidak dibebaskan.

“Saya mengatakan ini dengan sangat jelas: Hamas punya pilihan. Mereka bisa menyerah, melepaskan sandera, dan dengan cara ini, warga Gaza bisa merayakan hari raya suci Ramadhan,” kata Gantz dalam sebuah konferensi di Yerusalem, Minggu (19/2/2024).

Tentara Israel berencana melancarkan serangan darat di Rafah, rumah bagi lebih dari 1,4 juta penduduk yang mencari perlindungan dari perang, untuk mengalahkan apa yang disebut Tel Aviv sebagai “batalion Hamas” yang tersisa.

Orang-orang mencari korban di reruntuhan rumah keluarga Baraka di Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah setelah terkena serangan udara Israel pada 18 Februari 2024, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok pejuang rakyat Palestina Hamas, dari sejumlah sumber Israel menargetkan Kota Rafah untuk menjadi sasaran berikutnya. (AFP/str) (AFP/AFP)

Warga Palestina mencari perlindungan di Rafah ketika Israel menggempur sisa wilayah tersebut sejak 7 Oktober.

Pemboman Israel yang terjadi kemudian telah menewaskan hampir 29.000 korban dan menyebabkan kehancuran massal dan kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok.

Gantz, mantan menteri pertahanan, mengatakan bahwa invasi ke Rafah akan terjadi melalui koordinasi dengan “mitra Amerika dan Mesir kami untuk meminimalkan korban sipil,” menurut surat kabar The Times of Israel.

Pemandangan Kota Rafah yang telah menjadi titik pengungsian terakhir pendudukn Palestina yang melarikan diri dari kekejaman Israel. (SERAMBINEWS.COM/AFP)
“Dunia harus tahu, dan para pemimpin Hamas harus tahu – jika pada bulan Ramadhan para sandera kita tidak ada di rumah, pertempuran akan meluas ke wilayah Rafah,” tambahnya.

Ramadhan, bulan paling suci dalam kalender Islam, diperkirakan dimulai pada 10 Maret.

Hamas diyakini menyandera lebih dari 130 orang Israel setelah serangan lintas batasnya, yang menurut Tel Aviv menewaskan hampir 1.200 orang.

Perang Israel di Gaza telah menyebabkan 85 persen penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini