News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

PM Palestina Mohammad Shtayyeh Resmi Mundur Buntut dari Genosida di Gaza dan Tekanan AS

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh di Ramallah, Tepi Barat pada 13 April 2020 - Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh telah resmi mundur dari jabatannya pada Senin (26/2/2024).

Presiden AS, Joe Biden menaruh harapan besar terjadinya gencatan senjata antara Israel dengan Hamas di Jalur Gaza.

Biden berharap, gencatan senjata antara Israel dengan Hamas ini bisa terjadi pada Senin pekan depan.

"Saya berharap pada awal akhir pekan. Akhir akhir pekan. Penasihat keamanan nasionalku memberitahuku bahwa kita sudah dekat. Kami dekat. Kita belum selesai. Harapan saya adalah Senin depan kita bisa melakukan gencatan senjata," ujar Biden, dikutip dari Arab News.

Negosiasi sedang dilakukan untuk gencatan senjata selama berminggu-minggu antara Israel dan Hamas untuk memungkinkan pembebasan sandera yang ditahan di Gaza oleh kelompok militan tersebut dengan imbalan Israel membebaskan ratusan tahanan Palestina.

Baca juga: Netanyahu Usulkan Rencana Evakuasi Warga Gaza, Otoritas Palestina: AS Harus Hentikan Kegilaan Israel

Usulan jeda pertempuran selama enam minggu juga termasuk mengizinkan ratusan truk mengirimkan bantuan yang sangat dibutuhkan ke Gaza setiap hari.

Para perunding menghadapi tenggat waktu tidak resmi untuk dimulainya bulan suci Ramadhan sekitar tanggal 10 Maret, periode yang sering kali menyaksikan meningkatnya ketegangan Israel-Palestina.

Israel Bersiap untuk Operasi Darat di Rafah

Asap mengepul diatas Khan Yunis di Jalur Gaza Selatan selama pemboman Israel pada 18 Februari 2024, di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok pejuang rakyat Palestina Hamas. dari sejumlah sumber Israel menargetkan Kota Rafah untuk menjadi sasaran berikutnya. (SAID KHATIB/AFP) (AFP/SAID KHATIB)

Hampir lima bulan setelah perang, persiapan sedang dilakukan bagi Israel untuk memperluas operasi daratnya ke Rafah.

Senin pagi, Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan tentara telah menyampaikan kepada Kabinet Perang rencana operasionalnya di Rafah, serta rencana untuk mengevakuasi warga sipil dari zona pertempuran.

Namun tidak ada rincian lebih lanjut terkait laporan operasi darat di Rafah ini.

Baca juga: PM Mohammad Shtayyeh Mengundurkan Diri, Palestina Lakukan Reshuffle Kepemimpinan Pekan Depan

Masih mengutip Arab News, situasi di Rafah telah memicu kekhawatiran global.

Sekutu Israel telah memperingatkan bahwa mereka harus melindungi warga sipil dalam pertempuran melawan kelompok militan Hamas.

Dalam keputusannya pada tanggal 26 Januari, Mahkamah Internasional memerintahkan Israel untuk mengikuti enam langkah sementara.

Hal itu termasuk mengambil langkah-langkah segera dan efektif untuk memungkinkan penyediaan layanan dasar dan bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan di Gaza.

Israel juga harus menyerahkan laporan tentang apa yang dilakukannya untuk mematuhi langkah-langkah tersebut dalam waktu satu bulan.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini