Perang Rusia-NATO di Depan Mata, Jerman Terkonfirmasi Mau Serang Jembatan Krimea Pakai Rudal Taurus
TRIBUNNEWS.COM - Rencana Angkatan Bersenjata Jerman, Bundeswehr, untuk menyerang Jembatan Krimea, terungkap.
Kabar itu disiarkan oleh pemimpin redaksi Russia Today, Margarita Simonyan, yang mengaku punya bocoran rekaman audio berdurasi hampir 40 menit seputar rencana penyerangan tersebut.
Jembatan Krimea, jembatan yang diakui telah dibom oleh Ukraina beberapa lalu, menjadi penghubung utama antara daratan Rusia dengan Krimea yang dianeksasi Moskow.
Baca juga: Jembatan Kerch, Simbol Kebencian yang Bisa Jadi Kunci Kekalahan Rusia di Ukraina
Ukraina berulang kali mencoba menyerang jembatan ini, beberapa upaya di antaranya berhasil, dengan kemungkinan keterlibatan pasukan AS dan Inggris.
Simonyan kemudian mengajukan pertanyaan resmi kepada tokoh-tokoh diplomatik Jerman, meminta klarifikasi mengenai masalah yang akan berdampak buruk pada hubungan Rusia-Jerman, serta keterlibatan NATO dalam perang Ukraina.
Kebocoran tersebut, yang berdurasi 38 menit dan bertanggal 19 Februari, mengungkapkan para perwira militer Jerman mendiskusikan rincian operasional dan penargetan rudal jarak jauh Taurus buatan dalam negeri, yang sedang dipertimbangkan Jerman untuk dikirim ke Ukraina.
Menariknya, cara pembahasannya mengindikasikan kalau rencana penyerangan itu sudah disepakati.
Para perwira militer Jerman dalam rekaman juga mendiskusikan cara untuk mempertahankan penyangkalan keterlibatan langsung yang masuk akal sehingga Jerman dapat melangkah sedekat mungkin ke “garis merah” tanpa melewatinya.
Meskipun belum ada pernyataan resmi yang keluar dari Berlin, pemeriksaan awal terhadap rekaman audio yang dilakukan oleh media Jerman menunjukkan kalau rekaman tersebut asli.
Surat kabar German Welt melaporkan pada Jumat malam kalau audio tersebut, yang saat ini beredar di seluruh unit dan satuan Bundeswehr, saat ini "diklasifikasikan sebagai asli" setelah diperiksa secara cermat.
Der Spiegel juga menyatakan rekaman itu "diklasifikasikan sebagai asli".
"Menurut pemeriksaan awal, sebagian besar kemungkinan (kalau rekaman) adalah palsuan dengan penggunaan AI dapat dikesampingkan," tulis laporan media tersebut.
Ketika kontra intelijen Jerman segera mulai menyelidiki audio tersebut, Kementerian Pertahanan Jerman menolak untuk membahas isinya.