TRIBUNNEWS.COM - Anggota geng bersenjata menyerbu dua penjara besar di Haiti pada akhir pekan.
Akibat insiden ini, 12 orang tewas dan sekitar 3.700 narapidana melarikan diri dalam pembobolan penjara tersebut.
Pemerintah Haiti kemudian mengumumkan keadaan darurat 72 jam pada hari Minggu (3/3/2024).
Mengutip dari Yahoo News, penyebab penyerbuan geng bersenjata ini terjadi setelah Perdana Menteri Ariel Henry, yang mengambil alih jabatan setelah pembunuhan Moïse, melakukan perjalanan ke Kenya untuk mendorong kesepakatan PBB yang akan membawa 1.000 petugas polisi Kenya ke Haiti untuk membantu memulihkan keamanan.
Oleh karena itu, para pemimpin geng menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Ariel Henry.
Kronologi Penyerangan Geng Bersenjata
Kekerasan geng telah melanda Haiti selama bertahun-tahun.
Pada akhir pekan, geng tersebut menyerang dua penjara di Haiti yaitu Port-au-Prince dan satu lagi di dekat Croix des Bouquets, dikutip dari BBC.
Penyerbuan penjara tersebut menyebabkan ribuan narapidana melarikan diri.
Di antara mereka yang ditahan di Port-au-Prince adalah tersangka yang didakwa sehubungan dengan pembunuhan Presiden Jovenel Moïse pada tahun 2021.
Tiga orang ditemukan tewas tertembak di luar penjara.
Dalam sebuah pernyataan, pejabat pemerintah Haiti mengatakan beberapa tahanan dan anggota staf penjara terluka dalam dua penggerebekan tersebut.
Peningkatan kekerasa terbaru dimulai pada hari Kamis (7/3/2024).
Baca juga: Situasi Keamanan Memanas di Ibu Kota Haiti, KBRI Havana Imbau 7 WNI Tidak Keluar Rumah
Geng Bersenjata Kuasai Ibu Kota
Sekitar 80 persen wilayah ibu kota telah dikuasai oleh geng-geng bersenjata.
Para geng tersebut mendirikan barikade untuk mencegah pasukan keamanan merambah wilayah mereka.
Sementara markas mereka masih dikunci.
Kekerasan geng bersenjata ini menyebabkan sekolah-sekolah dan tempat usaha ditutup.
Tidak hanya itu, penjarahan juga terjadi di beberapa lokasi.
Perwakilan organisasi bantuan kemanusiaan Food for the Hungry, Boby Sander mengatakan warga berlari ketakutan atas serangan geng bersenjata.
Ribuan orang juga memilih untuk mengungsi dan meninggalkan rumah mereka.
"Sejak Jumat, 15.000 orang mengungsi dari rumah mereka dan banyak yang kini tinggal di gedung sekolah di pusat Port-au-Prince," kata Sander.
Kekerasan geng semakin meningkat sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moïse pada tahun 2021.
Moïse belum tergantikan dan pemilihan presiden belum diadakan sejak tahun 2016.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Haiti