Dia menambahkan, “Kami tidak bisa mendukung serangan darat besar-besaran di Rafah tanpa rencana yang dapat diverifikasi dan dicapai untuk menjamin keselamatan 1,5 juta warga Gaza yang mengungsi di sana akibat operasi di utara, Khan Yunis, dan sebelumnya. di Kota Gaza."
Mengenai peringatan tentang “konsekuensi” operasi militer di Rafah yang ditegaskan oleh Kamala Harris, Wakil Presiden AS, Kirby mengatakan, “Seperti yang juga disampaikan Wakil Presiden, saya tidak akan berspekulasi atau terlibat dalam skenario virtual di sini. Kami yakin bahwa ada cara lain untuk mengejar Hamas di Rafah, sementara Israel sekali lagi mempunyai hak untuk melakukan hal tersebut, namun dengan cara yang tidak membahayakan orang-orang tersebut, para pengungsi.”
Pada hari Minggu lalu, Harris mengatakan dalam sebuah wawancara dengan ABC News kalau dia tidak mengenyampingkan “konsekuensi bagi Israel jika mereka melanjutkan serangan militernya ke Rafah.”
Dia menambahkan, "Kami sudah jelas dalam berbagai pembicaraan dan dalam segala hal bahwa operasi militer besar-besaran di Rafah akan menjadi kesalahan serius."
Banyak negara, termasuk Amerika Serikat, telah meminta Israel untuk tidak melakukan tindakan militer apa pun di Rafah tanpa memastikan evakuasi yang aman bagi lebih dari satu juta warga sipil Palestina.
Amerika Serikat telah berulang kali menekankan dalam beberapa pekan terakhir bahwa Israel belum menyampaikan rencana yang dapat diandalkan mengenai evakuasi warga sipil dari Rafah.
Israel, yang telah membunuh puluhan ribu warga Palestina dalam perang destruktifnya di Jalur Gaza, memaksa sebagian besar warga Palestina di bagian utara dan tengah Jalur Gaza untuk mengungsi ke kota yang berdekatan, dengan Rafah, atas alasan bahwa wilayah tersebut adalah “daerah yang aman.”
Namun, mereka kemudian menargetkan Rafah dengan beberapa serangan udara, yang mengakibatkan puluhan korban jiwa.
(oln/jn/chnl12/khbrn/*)