TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara militer Israel menyebut bahwa rencana untuk serangan balasan Iran telah disetujui, Minggu (14/4/2024) malam, Sky News melaporkan.
Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan:
"Hamas dan Iran ingin mengobarkan Timur Tengah dan meningkatkan eskalasi di kawasan tersebut."
Ia menambahkan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tetap dalam siaga tinggi dan menilai situasi.
“Selama dua jam terakhir (dalam pertemuan kabinet perang Israel), kami menyetujui rencana operasional untuk tindakan ofensif (serangan) dan defensif (pertahanan)."
“Kami akan terus melindungi Israel, dan bersama mitra kami, kami akan terus membangun masa depan yang lebih aman dan stabil untuk seluruh Timur Tengah.”
Juru bicara IDF itu tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai rencana apa saja yang telah disetujui.
Kabinet perang menginginkan serangan balasan, tetapi terpecah soal skala dan waktu
Mayoritas kabinet perang Israel mendukung respons terhadap serangan Iran.
Namun, anggotanya berbeda pendapat mengenai skala dan waktu serangan balasan tersebut, menurut Reuters.
Kabinet yang beranggotakan lima orang, di mana Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan Yoav Gallant, dan Menteri Kabinet Benny Gantz mempunyai kewenangan mengambil keputusan, bertemu Minggu malam untuk membahas serangan 330 rudal dan drone Iran itu.
“Jelas Israel akan merespons, pertanyaannya adalah kapan dan pada skala apa,” kata seorang pejabat Israel kepada NBC News.
Baca juga: 11 Hal tentang Serangan Iran Terhadap Israel: Target Sasaran, Jenis Drone, dan Dalang di Baliknya
Kekuatan Militer Israel
Jika benar Israel akan melakukan serangan balasan, bagaimana kekuatan militernya dan senjata andalan apa yang akan digunakan melawan Iran?
Dikutip dari Axios, IDF dibentuk 2 minggu setelah didirikannya Israel pada tahun 1948.
Wajib militer sudah diterapkan kepada warganya saat usia 18 tahun.
Ada sekitar 169.500 personel aktif dan sekitar 465.000 warga Israel di unit cadangan.
Beberapa hari sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, lebih dari 300.000 tentara cadangan telah dikerahkan.
Pada tahun 2023, anggaran tahunan IDF sekitar $23,6 miliar.
Angka melampaui total pengeluaran militer Mesir, Iran, Lebanon, dan Yordania jika digabungkan.
- Persenjataan
Israel diyakini memiliki belasan hulu ledak nuklir – meskipun tidak pernah mengakuinya – dan memiliki drone, pesawat tempur, tank, kapal selam, dan artileri yang sangat canggih.
Israel sejak tahun 2011 sangat bergantung pada sistem pertahanan rudal Iron Dome yang bernilai miliaran dolar untuk mencegat dan menghancurkan roket jarak pendek menggunakan teknologi radar.
IDF memiliki beragam pengangkut personel lapis baja dan tank, artileri, rudal, pesawat tempur, helikopter, kapal perang, dan drone.
Persenjataan tank saja kira-kira berkekuatan 2.200 unit.
IDF juga memiliki beberapa lusin kapal permukaan, termasuk sekitar 15 kapal perang, dan lima kapal selam kelas Dolphin.
IDF memiliki persenjataan drone yang mencakup seri Heron, Hermes dan Skylark.
Baca juga: Mengenal Operasi Janji Sejati, Serangan Iran ke Israel, Khamenei Tepati Janjinya Balas Dendam
Israel diyakini memiliki rudal dan pesawat yang mampu membawa senjata nuklir.
- Dukungan Amerika
AS sejauh ini merupakan pemasok bantuan militer terbesar ke Israel, menyumbang sekitar $130 miliar sejak IDF didirikan.
Sebagian besar bantuan AS datang dalam bentuk hibah senjata.
Lebih dari 80 persen impor senjata Israel berasal dari AS antara tahun 1950 dan 2020.
Bantuan militer AS kepada Israel pada tahun fiskal lalu bernilai $3,8 miliar, nomor dua setelah Ukraina.
Jumlah tersebut mencakup sekitar 16 persen anggaran militer Israel.
RUU pendanaan pemerintah yang ditandatangani oleh Joe Biden pada bulan Desember 2022 juga mengalokasikan $500 juta untuk mengisi kembali Iron Dome dan $72,5 juta untuk kerja sama kontra-drone dan anti-tunneling AS-Israel.
AS juga memberi Israel akses tak tertandingi terhadap beberapa peralatan militer tercanggih di dunia, termasuk F-35 Joint Strike Fighter.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)