Kampus-Kampus AS Elite Bergolak Bela Gaza: Mogok Belajar, Mahasiswa Aktivis Ditangkapi
TRIBUNNEWS.COM - Protes pro-Palestina dilaporkan makin masif terjadi di sejumlah perguruan tinggi bergengsi Amerika Serikat (AS).
Hal itu terjadi setelah demonstrasi para mahasiswa yang menyuarakan penghentian pembantaian dan genosida di Gaza tersebut justru dibalas oleh aksi represif dari aparat keamanan dan pihak kampus.
"Di tengah meningkatnya protes terhadap genosida Israel di Gaza, ratusan mahasiswa dari universitas bergengsi AS berhadapan dengan administrator dan pasukan keamanan meskipun ada penangkapan massal dan tindakan disipliner," tulis laporan Al-Mayadeen.
Di Universitas New York pada Senin malam, polisi turun tangan ketika protes meningkat, melakukan penangkapan tak lama setelah pukul 20.30.
Pihak universitas mendesak mahasiswa untuk membubarkan diri , dengan alasan “nyanyian yang mengintimidasi dan beberapa insiden antisemit,”.
Seruan pihak kampus kemudian ditindaklanjuti oleh intervensi pihak kepolisian.
Di Universitas Yale, sekitar 45 mahasiswa pengunjuk rasa ditangkap dan didakwa melakukan pelanggaran ringan dan masuk tanpa izin setelah sekitar 200 demonstran pro-Palestina berkemah di Beinecke Plaza selama tiga hari.
Para pengunjuk rasa mendesak Yale untuk menghentikan investasi apa pun di perusahaan pertahanan yang berbisnis dengan Israel.
Sementara itu, di Universitas Columbia, pihak kampus mengalihkan kelas secara online pada Senin karena aksi protes yang sedang berlangsung.
Ratusan mahasiswa telah mendirikan perkemahan di kampus sejak minggu sebelumnya, menuntut gencatan senjata di Gaza, mengkritik dukungan pemerintahan Biden untuk Israel, dan menyerukan Universitas Colombia untuk melepaskan hubungan keuangannya dengan Israel sehubungan dengan agresi Israel yang sedang berlangsung di Gaza.
Dalam konteks yang sama, Harvard Yard membatasi akses publik pada Senin.
Harvard mengharuskan para mahasiswa untuk mengurus izin terlebih dahulu untuk melakukan aksi protes seperti membuat tenda. Mereka dilaporkan juga memeriksa kartu identitas mahasiswa yang ikut aksi.
Mahasiswa hukum New York University, Byul Yoon, mengkritik keputusan universitas yang mengizinkan penangkapan polisi di kampus.
Universitas-universitas di seluruh negeri di AS, termasuk Berkeley dan MIT, juga mengalami peningkatan ketegangan dan protes akibat kemarahan yang terus berlanjut atas genosida Israel di Gaza.
Protes ini menandai titik fokus baru di universitas-universitas AS, di mana demonstrasi terus berlanjut dan semakin intensif menyusul keputusan administratif yang melibatkan penegak hukum dalam membubarkan aksi duduk.
Kriminalisasi Anti-Semitisme
Demonstrasi pro-Palestina di universitas-universitas AS menghadapi tuduhan anti-Semitisme di tengah protes mereka.
Dalam konteks ini, Presiden AS Joe Biden mengecam “protes antisemitisme” dan “mereka yang tidak memahami apa yang terjadi pada rakyat Palestina.”
Mahasiswa yang berkumpul di Beinecke Plaza Yale telah diberi ultimatum untuk membubarkan aksi protes pada akhir akhir pekan.
Pihak berwenang mengulangi peringatan mereka kepada para pengunjuk rasa pada Senin pagi, mengancam kalau mereka bisa ditangkap dan dan dikenai tindakan disipliner, termasuk skorsing, sebelum penegak hukum melakukan intervensi.
Setelah insiden penangkapan pada hari Senin di Yale, sejumlah besar demonstran berkumpul kembali dan menghalangi jalan dekat kampus, sebagaimana dikonfirmasi oleh Petugas Christian Bruckhart, juru bicara kepolisian New Haven.
Gelombang kekacauan baru-baru ini dimulai ketika mahasiswa Universitas Columbia mendirikan tenda-tenda pada hari yang sama ketika Presiden Universitas Columbia, Minouche Shafik, menghadapi cecaran pertanyaan di sidang kongres AS.
Partai Republik AS menuduhnya tidak cukup mengatasi “antisemitisme” di kampus.
Peristiwa ini menyusul pengunduran diri dua presiden Ivy League lainnya beberapa bulan sebelumnya, yang mendapat kritik keras atas kesaksian mereka di hadapan komite yang sama.
Dalam perkembangan terkait, Direktur kantor Al Mayadeen di Washington menegaskan kalau kampanye media intensif sedang berlangsung, yang bertujuan untuk mengasosiasikan gerakan solidaritas universitas terhadap Palestina di Amerika Serikat sebagai bentuk “antisemitisme”.
Singkatnya, universitas-universitas AS, alih-alih menjunjung tinggi hak mahasiswanya untuk melakukan protes damai dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi wacana yang dilindungi Amandemen Pertama, malah menyerah pada tekanan dari donor kaya dan anggota kongres.
Mereka memilih untuk menindak demonstran mahasiswa.
(oln/cnn/almydn/*)