News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Iran Vs Israel

AS Kepanasan saat Iran Dekati Rusia, Korea Utara, Pakistan, dan Sri Lanka

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi selama pertemuan mereka di Kremlin di Moskow pada 7 Desember 2023. -- AS prihatin dengan kedekatan Iran, Rusia, Korea Utara, Pakistan, dan Sri Lanka.

TRIBUNNEWS.COM - Iran semakin mempererat hubungannya dengan Rusia saat Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa memberi ancaman akan mengucilkan Iran melalui sanksi.

Iran baru saja menandatangani perjanjian kerja sama dengan Rusia pada Rabu (24/4/2024).

Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Akbar Ahmadian, dan timpalannya dari Rusia, Nikolai Patrushev, menandatangani MoU di sela-sela forum keamanan di MoU Saint Petersburg, Rusia, kemarin.

Sebelumnya, pihak Iran mengajukan proposal kepada Rusia untuk mengurangi dampak doktrin sepihak dari Barat terhadap keamanan informasi dan meningkatkan keragaman lembaga internasional terkait hal itu, seperti diberitakan IRNA.

Korea Utara

Selain Rusia, Iran juga mendekati Korea Utara dengan mengirim delegasi ekonomi Korea Utara ke Iran pada Selasa (23/4/2024), menurut laporan Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) kemarin.

Delegasi itu dipimpin oleh Menteri Hubungan Ekonomi Eksternal Korea Utara Yun Jung Ho, yang merupakan kunjungan pertama pihak Korea Utara ke Iran dalam empat tahun terakhir.

KCNA tidak merinci apa yang akan dibahas dalam pertemuan itu.

Sementara itu media Barat mencurigai Iran dan Korea Utara selama bertahun-tahun melakukan kerja sama dalam pengembangan rudal.

Pakistan

Presiden Iran, Ebrahim Raisi, mengunjungi Pakistan pada 22-24 April 2024 dan baru saja kembali ke Iran setelah kunjungannya ke Sri Lanka kemarin.

Baca juga: Anggota Parlemen Iran Yakin Serangan ke Israel Bisa Satukan Warga dan Tarik Investasi Asing

Ia disambut oleh para pemimpin militer dan menteri perumahan Pakistan.

Kantor luar negeri Pakistan mengatakan Iran dan Pakistan sepakat untuk bekerja sama di sektor energi termasuk perdagangan listrik, jalur transmisi listrik, dan proyek pipa gas Iran-Pakistan.

Meski diperingatkan oleh AS, Pakistan tetap menjalin kerja sama dengan Iran dalam pertemuan kemarin.

“Kami menyarankan siapa pun yang mempertimbangkan kesepakatan bisnis dengan Iran untuk mewaspadai potensi risiko sanksi. Namun pada akhirnya, pemerintah Pakistan dapat berbicara mengenai kebijakan luar negeri mereka sendiri,” kata juru bicara Gedung Putih, Vedant Patel, dalam jumpa pers, Rabu.

Sri Lanka

Dalam agendanya minggu ini, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengunjungi Sri Lanka.

Ini adalah kunjungan pertama Presiden Iran sejak mantan presiden Iran Mahmoud Ahmedinejad berkunjung ke Sri Lanka pada 2008.

Kemarin, Ebrahim Raisi hadir dalam peresmian proyek Uma Oya, pembangkit listrik tenaga air dan irigasi, di Sri Lanka yang dibangun oleh kontraktor Iran.

“Negara-negara Barat berusaha meyakinkan negara-negara lain bahwa pengetahuan dan teknologi hanya dimiliki oleh negara-negara tersebut,” kata Ebrahim Raisi dengan bangga memamerkan kemampuan Iran membantu Sri Lanka, Rabu (24/4/2024).

Proyek Uma Oya dimulai tahun 2010 dan terhambat karena sanksi yang dijatuhkan AS dan Barat terhadap Iran pada tahun 2013.

“Musuh kami tidak ingin Iran berkembang dan maju… sehingga keinginan dan tekad rakyat Iran terwujud, dan musuh kami kecewa,” kata Ebrahim Raisi, dikutip dari The Cradle.

Ia memuji proyek Uma Oya yang melambangkan persahabatan Iran dan Sri Lanka.

AS Iri dengan Kerja Sama Iran, Rusia, Korea Utara

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, menyatakan keprihatinan AS mengenai kerja sama militer antara Iran, Rusia, dan Korea Utara.

Ia menyatakan bahwa proposal pertahanan Rusia kepada Iran dan Korea Utara dapat semakin mengganggu stabilitas kawasan Asia Barat dan Indo-Pasifik.

“Kami telah menyaksikan kerja sama militer antara Iran dan Korea Utara dalam beberapa tahun terakhir, namun pengembangan luas drone dalam kerja sama antara Iran dan Rusia selama dua tahun terakhir adalah sesuatu yang baru," katanya kepada wartawan, Rabu (24/4/2024).

Ia mengatakan usulan Rusia untuk mengirim senjata ke Iran dapat mengganggu kestabilan Timur Tengah.

Jubir AS itu lalu menyinggung sanksi yang dijatuhkan AS dan Uni Eropa terhadap Iran setelah Iran membalas serangan Israel pada Sabtu (13/4/2024) lalu.

Ia mengancam Iran bahwa AS dan Uni Eropa akan meningkatkan sanksi ke Iran untuk mengucilkan negara tersebut.

AS memperingatkan Rusia untuk tidak mengirim senjata ke Iran karena dapat mengganggu kestabilan di Timur Tengah, tanpa melihat bahwa AS sendiri juga mengirim senjata ke Israel yang melancarkan agresinya di Jalur Gaza.

AS berjanji mendukung sekutunya, Israel, dalam setiap konfrontasinya termasuk melawan ancaman Iran, tanpa ingin terlibat secara langsung.

Memanasnya hubungan Iran-Israel terjadi setelah Israel menyerang konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April lalu.

Serangan itu menewaskan tujuh perwira senior Pasukan Quds Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), termasuk Komandan Pasukan Quds elit Iran, Brigjen Mohammad Reza Zahedi.

Iran membalasnya dengan meluncurkan 300 rudal dan drone ke situs militer Israel pada 13 April, yang sebagian besar dilumpuhkan oleh jet dan pertahanan AS, Inggris, Prancis, dan Yordania.

Pada 19 April, tiga drone quadcopter kecil meledak di Isfahan, Iran, yang diduga sebagai respon Israel terhadap Iran.

Sementara Iran meremehkannya dengan mengatakan ledakan itu hanya diakibatkan oleh drone kecil seperti mainan anak-anak.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Iran VS Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini